SuaraJogja.id - Selama periode bulan Juli hingga September, terpantau jumlah pasien positif covid-19 di DIY terus mengalami peningkatan. Rekor terbaru menunjukkan penambahan jumlah pasien positif dalam satu hari mencapai angka 74 orang. Melihat kondisi tersebut, pakar epidemiologi UGM sarankan pemerintah segera tarik rem darurat.
Epidemiolog UGM, dr. Riris Andono Ahmad menyampaikan di DIY sudah terjadi penularan komunitas secara meluas. Jika hal tersebut tidak segera dihentikan, dikhawatirkan akan semakin memperparah keadaan. Ia menilai, sudah saatnya penularan komunitas dihentikan segera.
Selama ini DIY masih menyandang status yang sama sejak awal pandemi, yakni Tanggap Darurat. Riris memandang belum ada perubahan kebijakan yang formal untuk menerapkan jaga jarak. Meskipun sebelumnya sempat dilakukan uji coba penerapan protokol kesehatan di era new normal.
Doni menilai bukan apa yang harus dilakukan dengan situasi saat ini, melainkan apa yang harus diterapkan sejak awal pandemi dan seterusnya. Sejauh ini ia melihat, saat seharusnya kebijakan social distancing diterapkan justru saat ini mulai dilonggarkan.
Baca Juga: Masker Scuba Tak Efektif Tangkal Covid-19, Ini Penjelasan Dokter RSA UGM
"Sampai akhir September ini minimal tanggap darurat masih dilakukan. Jadi sebenarnya isu-nya bukan pada apa yang harus diubah. Tapi kemudian apa yang harus kita implementasikan secara konsisten," ujar pria yang akrab disapa Doni saat dihubungi melalui telepon Selasa (22/9/2020).
Ia menyampaikan, bahwa pemerintah sepatutnya bisa memastikan agar kebijakan untuk tetap menjaga jarak selama pandemi bisa terus berjalan. Baik kawasan wisata, rumah makan maupun kegiatan lainnya seharusnya bisa kembali pada kebijakan sebelumnya di bulan Maret.
"Kalau mau konsisten ya seharusnya kita menerapkan apa yang kita terapkan bulan Maret kemarin," ujarnya.
Menurutnya, mungkin saja jika faktor ekonomi tetap bisa berjalan bersama tanpa harus merugikan faktor kesehatan. Hanya saja, setiap orang yang terlibat di sana perlu memahami batasan diantara keduanya. Dalam artian, pemilik usaha bisa memahami kapan harus menarik rem untuk mengendalikan bisnisnya.
Momentum tarik rem darurat
Baca Juga: Pakar UGM: PSBB Nggak Akan Matikan Perekonomian
Seandainya terjadi penularan dalam jumlah besar, hal tersebut dinilai akan berdampak pada sektor ekonomi juga. Ia juga menyampaikan, bahwa status New Normal tidak menggeser atau menggantikan status tanggap darurat yang lebih dulu dicanangkan. Sebab, New Normal sendiri merupakan situasi dimana kondisi dapat berubah-ubah.
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Duet Elkan Baggott dan Jay Idzes, Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia vs China
- 27 Kode Redeem FF Terbaru 17 Mei: Klaim Diamond, Token, dan Skin Cobra MP40
- Penampilan Syahrini di Cannes Mengejutkan, Dianggap Berbeda dengan yang di Instagram
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
- Ditegur Dudung Abdurachman, Hercules Akhirnya Minta Maaf ke Gatot Nurmatyo dan Yayat Sudrajat
Pilihan
-
Segera Ambil Link DANA Kaget, Tambahan Uang Belanja dan Bayar Langganan
-
Alih-alih ke Eropa, Ramadhan Sananta Malah Gabung Klub Brunei Darussalam
-
PSSI Bongkar Alasan Tak Panggil Elkan Baggott meski Sudah Sampai di Bali
-
Kurator Didesak Penuhi Hak Karyawan PT Sritex, Tagihan Pembayaran Capai Rp 337 Miliar
-
Menelisik Kinerja Emiten Kongsian Aguan dan Salim
Terkini
-
Bantah Imbas Pilkada, Bupati Sleman Rombak Ratusan Pejabat: Saya Butuh Orang Kompeten
-
Komitmen DIY Genjot Industri Cetak, Jogja Printing Expo 2025 Digelar Ciptakan Persaingan Sehat
-
Hujan Badai Hantam Sleman, Pohon Tumbang Timpa Rumah dan Sekolah, Ini Lokasinya
-
Sri Sultan HB II Layak Jadi Pahlawan Nasional, Akademisi Jogja Ini Ungkap Alasannya
-
Punya 517 Posyandu di Jogja yang Sudah Layani Bayi serta Lansia, Target ILP Capai 83 Persen