Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 21 Oktober 2020 | 17:15 WIB
Sampel darah yang terindikasi positif virus corona. (ANTARA/Shutterstock/am.)

SuaraJogja.id - Puskesmas Moyudan bersama Dinas Kesehatan Sleman melaksanakan tes rapid, kepada sekitar 300 orang santri dan pengajar sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kapanewon Moyudan. 

Kepala UPT Puskesmas Moyudan, Desi Arijadi menyebutkan, dari jumlah tadi, diketahui sebanyak 31 orang reaktif dan hari ini mereka langsung mengikuti tes usap

Jumlah peserta tes usap itu bertambah menjadi 37 orang, setelah ada enam orang lagi yang mengaku mengalami gangguan penciuman.

"Hingga Rabu (21/10/2020) ini yang dinyatakan positif ada 10 orang. Terdiri dari 1 anak pengajar [keluarga dari seorang pengajar], 2 pengajar dan sebanyak 7 orang santri putri," ujar Desi, Rabu. 

Baca Juga: Salah Sasaran, Dua Remaja di Sleman Jadi Korban Penganiayaan

Selain menggelar tes, Puskesmas juga memberikan pengertian kepada warga sekitar ponpes, bahwa pada 3 November 2020 akan dilakukan skrining terhadap warga sekitar. Ditargetkan skrining akan dilakukan kepada sekitar 300 orang. 

"Skrining terhadap warga juga dilakukan, karena ada salah satu warga setempat yang sering ke ponpes tersebut, karena bertugas mengurus makanan," ungkap dia.

Sebanyak 10 orang yang dinyatakan positif COVID-19, ada 2 orang di antaranya telah melakukan isolasi di Asrama Haji.

"Sudah diperbolehkan pulang, karena [setelah menerima perawatan] mereka dinyatakan tanpa gejala," tuturnya. 

Dilarang mengajar di ponpes dulu

Baca Juga: Sepakat dengan Shin Tae-yong, Bos PSS Sleman Minta Liga 1 Bisa Bergulir

Sementara, Kantor Kementerian Agama Sleman meminta pengasuh ataupun guru yang berada atau tinggal di luar pondok pesantren (ponpes), agar tidak mengajar terlebih dahulu untuk sementara waktu.

Hal itu dikemukakan oleh Kepala Kantor Kemenag Sleman, Sa'ban Nuroni, kala dihubungi wartawan. Pernyataan itu menyusul adanya penularan kasus COVID-19 kepada 8 santri sebuah ponpes di Moyudan.

Dugaan kasus pertama muncul dari pengajar.

"Ada guru dari luar [tidak tinggal di ponpes dan di luar DIY], kemudian memang mengajar di situ," ujarnya.

Berdasarkan informasi Gugus Tugas di ponpes yang bersangkutan, penerapan protokol kesehatan di sana sudah cukup ketat. Selain itu, para santri sudah diedukasi untuk taat protokol kesehatan.

Delapan orang yang dinyatakan positif COVID-19 sudah dibawa ke Asrama Haji. Sedangkan santri dan pengajar lainnya mengikuti tes rapid dan tes usap. Bagi penghuni ponpes yang hasil tesnya reaktif, diharuskan untuk isolasi di ponpes.

Untuk mencegah penularan COVID-19 di lingkungan ponpes terjadi kembali, maka  Kantor Kemenag Sleman memanggil kepala atau pengelola 19 ponpes se-Sleman. Sebanyak 19 ponpes tersebut adalah ponpes yang telah mendapatkan rekomendasi untuk menggelar pembelajaran tatap muka.

"Kami bekerja sama dengan Gugus Tugas akan melakukan penilaian dan monitoring," kata.

Di sisi lain saat ini dari total 145 ponpes di Sleman, ada 50 ponpes yang mengajukan rekomendasi pembelajaran tatap muka. Selain jumlah itu, ponpes lainnya belum berani mengajukan diri untuk menggelar tatap muka.

"Salah satunya mungkin belum lengkapnya sarana prasarana. Hanya saja syarat membuka tatap muka kan bukan hanya sarprasnya. Bisa jadi gugus tugasnya belum memadai," tuturnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More