SuaraJogja.id - Alat deteksi Covid-19 dengan embusan napas ciptaan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19, mulai memasuki tahap uji diagnostik. Salah satu rumah sakit yang berkesempatan menjajal alat tersebut adalah Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC), di Bambanglipuro, Bantul.
Ketua Tim Uji Klinis GeNose C19 Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan, tahap uji coba diagnostik GeNose C19 sebelumnya sudah pernah dilakukan di RSUP Dr Sardjito. Uji coba diagnostik ini dilakukan sebagai proses latihan atau pemanasan otak yang ada pada mesin tersebut.
"Intinya sekarang alat ini masih dalam proses latihan, dan kita juga belum bisa untuk klaim itu sebagai alat diagnosis. Masih terlalu dini jadi hanya skrining dulu," kata Dian kepada awak media setelah melakukan uji coba diagnostik GeNose C19 di RSLKC, Bambanglipuro, Bantul, pada Selasa (27/10/2020).
Menurutnya, GeNose C19 masih belum setara dengan level tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Sebab untuk tes PCR, kata Dian, itu lebih spesifik memang untuk mendeteksi Covid-19 saja, bukan yang lain.
Baca Juga: UGM Siap Uji Diagnostik GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Lewat Embusan Napas
Sedangkan untuk mencapai level itu, GeNose C19 harus membuat hasilnya lebih spesifik lagi di persentase 98-99 persen. Dalam beberapa uji diagnostik yang dilakukan, alat tersebut masih berada pada titik akurasi 96 persen.
"Kalau dari perhitungan statistik, butuh 1.600 orang dikalikan setiap orang ambil dua sampel napas. Jadi 3.200 sampel napas. Dan kami diberi waktu 3 minggu untuk memenuhi target tersebut," ungkapnya.
Disampaikan Dian, nantinya 1.600 sampel napas itu tidak hanya akan dibebankan kepada RSLKC Bantul saja, tetapi akan dibagi kembali ke dalam 9 rumah sakit yang telah ditentukan sebelumnya.
Lebih lanjut, pemilihan RSLKC sendiri menjadi salah satu lokasi uji diagnostik GeNose C19 adalah karena memang RSLKC menjadi salah satu rumah sakit rujukan yang ada di Bantul. Selain itu, jumlah pasien yang masuk ke dalam RSLKC pun terhitung masih cukup banyak.
"Ditambah lagi yang masuk ke sini [RSLKC] bisa dikatakan heterogen. Jadi bukan hanya pasien dari Jogja saja tapi banyak dari daerah lain, semisal Semarang bahkan hingga Papua. Sehingga karakteristik napas dari masing-masing etnik itu paling tidak bisa terwakili kalau kita mengambil di RSLKC," ucapnya.
Baca Juga: Diminta Cabut Imbauan Soal Tak Usah Ikut Demo, Rektor UGM: Itu Tak Perlu
Disebutkan Dian, kendala yang saat ini masih saja dihadapi terkait akurasi itu dikarenakan pattern atau pola yang berbeda setiap napas orang yang diuji coba. Pasalnya, alat ini masih kesulitan membaca pola napas dari pasien Covid-19 dan orang tanpa Covid-19.
Berita Terkait
-
Kritik Keterlibatan Ketua KPK di Danantara, PUKAT UGM: kalau Terjadi Korupsi Mau Bagaimana?
-
Ramai Soal Ijazah Jokowi, Dokter Tifa Merasa Janggal : Ijazah Keluar Duluan Baru Skripsi?
-
Hasan Nasbi Beri Saran Teror Kepala Babi ke Tempo Dimasak, Dosen UGM: Pejabat Begini Menyedihkan
-
UGM Klarifikasi Tuduhan Ijazah Palsu Jokowi Gegara Times New Roman, Publik Makin Curiga
-
Isu Ijazah Jokowi Palsu: UGM Jelaskan Pemakaian Font Times New Roman di Tahun 1985
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Sebut Masjid Al Jabbar Dibangun dari Dana Pinjaman, Kini Jadi Perdebatan Publik
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Yamaha NMAX Kalah Ganteng, Mesin Lebih Beringas: Intip Pesona Skuter Premium dari Aprilia
- JakOne Mobile Bank DKI Bermasalah, PSI: Gangguan Ini Menimbulkan Tanda Tanya
Pilihan
-
Hasil Liga Thailand: Bangkok United Menang Berkat Aksi Pratama Arhan
-
Prediksi Madura United vs Persija Jakarta: Jaminan Duel Panas Usai Lebaran!
-
Persib Bandung Menuju Back to Back Juara BRI Liga 1, Ini Jadwal Lengkap di Bulan April
-
Bocoran dari FC Dallas, Maarten Paes Bisa Tampil Lawan China
-
Almere City Surati Pemain untuk Perpanjang Kontrak, Thom Haye Tak Masuk!
Terkini
-
Tanggapi Langkah Tarif Trump, Wali Kota Jogja: Kuatkan Produk Lokal!
-
Masa WFA ASN Diperpanjang, Pemkot Jogja Pastikan Tak Ganggu Pelayanan Masyarakat
-
Kurangi Kendaraan Pribadi Saat Arus Balik, Menhub Lepas 22 Bus Pemudik di Giwangan
-
Puncak Arus Balik H+3 dan H+4, 350 Ribu Kendaraan Tinggalkan DIY
-
Gunung Merapi Masih Luncuran Ratusan Lava, Simak Aktivitas Terkini Sepekan Terakhir