Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 02 November 2020 | 17:10 WIB
Sejumlah becak dan motor parkir di badan jalan gang-gang kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Sabtu (31/10/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Seratusan pengemudi becak motor (bentor) memprotes kebijakan Pemda DIY yang akan menerapkan uji coba pedestrian di kawasan Malioboro mulai Selasa (03/11/2020). Sebab kebijakan pedestrian yang melarang kendaraan bermotor melintasi kawasan tersebut dinilai merugikan mereka.

Sebelum ke Pemda DIY, mereka juga mendatangi kantor DPRD DIY terkait kebijakan tersebut. Mereka meminta bantuan wakil rakyat agar pemda memikirkan nasib mereka di masa pandemi COVID-19 ini.

"Kami dukung [kebijakan] pedestrian dari pemerintah daerah, apapun kami dukung, tapi bikinkan solusi, jangan lupa perut kami," ujar Ketua Paguyuban Becak Motor Yogyakarta (PBMY), Parmin usai bertemu plt Kepala Dinas Perhubungan (dishub) DIY,  Ni Made Dwi Panti Indrayanti di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (02/11/2020).

Menurut Parmin, selama pandemi mereka sudah kehilangan banyak pendapatan. Bila kebijakan pedestrian tersebut diberlakukan, maka mereka semakin tidak memiliki kesempatan untuk mencari makan. 

Baca Juga: Coba Menginap di Tenda Mewah saat Liburan ke Jogja, Rasanya? Mantap!

Padahal selama ini banyak pengemudi bentor yang menggantungkan nasibnya dari pariwisata di kawasan Malioboro. Jumlah bentor di kawasan Malioboro dan sekitarnya saat ini mencapai lebih dari 200 pengemudi.

"Kami dapat informasi akhirnya boleh mangkal di sirip-sirip jalan di malioboro jam operasionalnya supaya bisa operasi," ungkapnya.

Sementara Made mengungkapkan, Dishub akhirnya mengijinkan bentor untuk tetap beroperasi di kawasan Malioboro saat ujicoba pedestrian diterapkan selama dua minggu kedepan. Namun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi bentor.

Salah satunya pembatasan kapasitas bentor yang berada di kawasan pedestrian. Paguyuban harus membatasi jumlah pengemudi untuk mangkal setiap harinya.

"Batasi kapasitas, dan tertib disana, itu saja untuk sementara," ungkapnya.

Baca Juga: Pengantre Warung Gudeg di Jogja Sampai Ketiduran dan 4 Berita SuaraJogja

Made menambahkan, mereka bisa menggunakan sirip-sirip di Jalan Malioboro untuk mangkal. PBMY harus membatasi maksimal 100 bentor yang beroperasi setiap harinya di kawasan tersebut.

"Jam operasionalnya ya terserah saja asal diatur. Kan tidak mungkin ada yang naik [bentor] jam tiga pagi," ungkapnya.

Terkait ujicoba pedestrian Malioboro, lanjut Made, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemkot Yogyakarta serta Satpol PP. Beberapa titik sudah disetting untuk pengaturan arus lalulintas.

Beberapa ruas jalan dibuat giratori  dengan modifikasi satu arah yang berlawanan arah jarum jam. Yakni di Jalan Suryotomo, Jalan Mataram, Jalan Abu Bakar Ali, Jalan Pembela Tanah Air dan Jalan Suprapto.

Penataan kawasan Malioboro tersebut merupakan bagian dari sumbu imajiner keistimewaan Yogyakarta yang saat ini diajukan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Kebijakan ini sudah direncanakan sejak lama.

"Ujicoba dua minggu agar kelihatan karakteristik lalulintas agar penataan kawasan Malioboro bisa dilakukan," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More