Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 03 November 2020 | 13:18 WIB
Ilustrasi erupsi merapi. [Ema Rohimah / grafis suarajogja.id]

Perlahan tapi pasti, Bagong mendapat pertolongan. Ia dan ayahnya diangkut dengan tandu dan dibawa hingga ke dalam mobil ambulans.

Bagong dan Gitodaryono langsung dibawa ke rumah sakit. Keduanya masuk ke dalam UGD dan mendapat pertolongan pertama. Bagong mendapat suntikan bius hingga dirinya tak sadarkan diri.

Terbangun dari reaksi obat bius yang perlahan menghilang, Bagong sudah berada di ICU, banyak perban yang membalut dirinya. Sebuah ventilator terpasang di mulut pria tersebut.

Hampir 6 bulan dirinya menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam perawatan itu, dirinya tak mengetahui jika ayahnya meninggal dunia 4 hari usai dievakuasi oleh relawan. Sedangkan kakek Bagong, dinyatakan tewas di halaman rumahnya dengan kondisi gosong karena Wedhus Gembel.

Baca Juga: Bus TransJogja Kecelakaan di Sleman, Mobil Partai yang Jadi Lawan Disoroti

Bagong mengalami luka bakar 9,5 persen. Meski sedikit, hal itu mengganggu aktivitasnya karena tangannya sudah terbakar.

10 tahun berlalu, Bagong yang kini berusia 31 tahun mulai kembali menata hidupnya lagi. 

Meski masih dihantui trauma akan erupsi yang merenggut keluarganya, toh hal tersebut nyatanya tak menyurutkan niatnya untuk kembali tinggal di kawasan lereng Merapi

Bagong bersama istrinya saat ini menempati rumah di Timur rumah almarhum ayahnya yang hanya berjarak 300 meter.

Jumarno alias Bagong saat ditemui di kediamannya Pedukuhan Ngancar, RT 4/RW 6, Kalurahan Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.

"Tapi meski dekat saya hampir tidak pernah menginap di rumah itu, karena masih trauma. Saya memilih pindah dan membangun rumah sendiri bersama istri," ujar dia.

Baca Juga: Soal Kompetisi, PSS Sleman Desak PSSI dan PT LIB Segera Gelar Pertemuan

Lebih jauh, meski sudah mampu kembali beraktivitas seperti biasa, Bagong masih berharap jika bisa mendapat perawatan yang lebih baik. Kondisi kaki dan tangannya yang melepuh cukup mengganggu dirinya saat bekerja.

"Dulu sempat akan operasi kulit. Sudah saya siapkan uangnya. Tapi saya kena hernia dan dananya dialihkan untuk operasi ini. Sekarang hanya bisa menunggu dananya terkumpul kembali," kata dia.

Sementara itu, menyadari hidupnya berkawan dengan bahaya, Bagong kini makin siaga. Berbekal handy talkie yang dimiliki, Bagong kini rutin menyimak informasi mengenai status Merapi dari frekuensi yang dibagikan oleh BPBD dan pos pengamatan Merapi.

Disinggung mengenai kondisi Merapi saat ini, Bagong tak memungkiri jika gunung yang hampir merenggut nyawanya itu kembali menunjukkan aktivitasnya. Ia mengaku dalam beberapa bulan terakhir merasakan adanya guncangan dan gempa kecil.

Load More