SuaraJogja.id - Keterbatasan lahan pertanian dan perkebunan di kawasan lereng Gunung Merapi membuat warga mengalihkan kegiatan ekonominya di sektor lain. Salah satu yang menjadi andalan warga sejak lama yakni perternakan sapi perah.
Seperti yang dilakukan oleh beberapa warga di Dusun Plosorejo, Kalurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, yang sudah sejak 2010 lalu atau tepatnya pasca erupsi Merapi 10 tahun silam membuat sebuah kelompok ternak sapi perah bernama Ngudi Makmur Ngremboko. Saat ini kelompok tersebut mencatat ada 26 anggota aktif dengan ratusan sapi perah yang masih produktif.
"Kalau lahan memang di sini masih luas tetapi potensi pertaniannya minim. Mayoritas memilih untuk berternak sapi perah," kata Ketua Kelompok Ngudi Makmur Ngremboko, Sukamto (48) saat ditemui SuaraJogja.id, di rumahnya, Senin (23/11/2020).
Sukamto menuturkan lahan yang berada di wilayahnya hanya akan produktif ketika musim penghujan tiba saja. Namun akibat lahan yang mayoritas juga lahan pasir membuatnya hanya bisa ditanami tanaman tertentu saja, semisal Palawijo yang hasilnya juga tak seberapa.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi warga yang memanfatkan lahannya untuk berkebun. Hasilnya juga tidak dapat semaksimal yang diharapkan. Jenis tanaman yang ditanam pun terbatas, mulai dari alpukat, melinjo, kelapa, beberapa sayuran dan buah-buahan lain saja.
Disampaikan Kamto sapaan akrabnya, tanaman itu hanya mampu diandalkan untuk konsumsi pribadi saja sebagai upaya menjaga ketahanan pangan masyarakat setempat. Terlebih saat kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini yang memaksa warga harus pintar-pintar memanfaatkan bahan di sekitarnya.
"Ya kalau tanaman itu hasil atau panennya juga tidak menentu, dua sampai tiga bulan juga belum tentu panen lagi. Sewaktu-waktu hasilnya untuk konsumsi pribadi juga kebanyakan," ucapnya.
Merespon hal itu, Kamto mengalihkan kegiatannya untuk lebih fokus ke dalam ternak sapi. Awalnya ia dan warga lainnya, masih berternak sapi PO. Namun pasca erupsi Merapi tahun 2010, ada bantuan berupa pemberian sapi perah kepada warga. Dari situ warga akhirnya terus mengembangkan sapi perah itu hingga saat ini.
"Dulu warga sini masih ternak sapi PO saja, tapi sejak 2010 dapat bantuan pengembangan sapi perah. Terus lanjut sampai sekarang," tuturnya.
Baca Juga: Ini Pesan Mbah Petruk untuk Juru Kunci Merapi
Jika dibandingkan dengan saat masih berternak sapi PO, Kamto mengaku bisa lebih merasakan keuntungan setelah memelihara sapi perah. Walaupun tidak terpaut cukup jauh namun setidaknya saat memelihara sapi perah setiap hari akan ada pemasukan yang didapat.
Tidak seperti saat memelihara sapi PO yang perlu menunggu saat atau momen tertentu agar sapi itu bisa dijual sehingga menghasilkan. Berbeda dengan sapi perah yang setiap hari menghasilkan susu dan bisa dijual.
"Hampir sama, cuma kalau sapi perah tiap hari ada incomenya. Jadi ibarat sapi perah ini bisa beli makanan untuk dirinya sendiri dari hasil penjualan perahan susu itu," ungkapnya.
Kamto menyebut bahwa potensi ternak sapi khususnya perah di wilayahnya sangat besar. Salah satunya bisa dilihat dari lahan rerumputan yang masih luas dan tumbuh subur ketika musim penghujan seperti saat ini.
Dalam sehari saja, rata-rata produksi susu satu ekor sapi perah mencapai miliknya bisa mencapai 10 hingga 15 liter untuk ras sapi campuran atau (F2). Sedangkan untuk sapi ras import (F1) lebih banyak lagi yakni bisa mencapai 20 liter.
"Susu diproduksi dua kali sehari, pagi dan sore. Saya sendiri ada 3 sapi yang bisa untuk diperah susunya. Dari tiga ekor itu rata-rata 40 liter sehari bisa saya dapat," sebutnya.
Berita Terkait
-
Kondisi Gunung Merapi Terkini, Deformasi Hanya Terjadi di Sisi Barat Laut
-
Tepat 26 Tahun Pascaerupsi Merapi 1994, Dulu Warga Bukan Lari Malah Nonton
-
Banyak Wilayah Zona Merah, Dinkes Sleman Wacanakan Rapid Tes bagi Pengungsi
-
Guguran Material Merapi Meluncur ke Kali Lamat, Terdengar Sampai Kaliurang
-
Waspada Lahar Dingin Gunung Merapi, BPBD Kota Yogyakarta Siapkan Hal Ini
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
Ketahanan Pangan Terancam Akibat Cuaca Ekstrem? Varietas Padi Lokal Disebut Bisa Jadi Solusi
-
Masyarakat Makin Sadar Pentingnya Investasi, Tabungan Emas Holding Ultra Mikro BRI Naik 66,9%
-
4 Link Saldo DANA Kaget Spesial untuk Warga Jogja! Rp149 Ribu Siap Diklaim
-
Proses Berlanjut, Terduga Pelaku Pemukulan Ojol di Sleman Diserahkan ke Polisi
-
Pakar Soroti Peluang Kerja Luar Negeri, Kabar Gembira atau Cermin Gagalnya Ciptakan Loker?