Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 25 April 2021 | 11:26 WIB
pemilik usaha minuman hits dawet kemayu, Retno Intansari Rahmawati. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Bahkan yang dulunya Intan hanya mendapat pesanan 40 pack saja perhari, setelah unggahan itu menjadi 120 pack perhari tanpa ada karyawan hanya dengan mengandalkan satu orang temannya.

"Ya akhirnya saya bikin produk Dawet Kemayu ini untuk bisa menyampaikan rasa rindu kita kepada teman, saudara dan alhamdulillah sekali itu diterima oleh masyarakat," terangnya.

Intan menyangka banyaknya pesanan itu adalah euforia lebaran atau bulan ramadhan saja. Namun ternyata itu tidak sepenuhnya benar.

produk dawet kemayu. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Sebab setelah lebaran pesanan itu terus berlanjut dan terus bertambah. Itu juga sekaligus menambah kekuatan Intan untuk terus berkembang.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini, Minggu 25 April 2021

Penambahan berbagai macam paket dan bentuk dalam menjual Dawet Kemayu itu juga yang menurut Intan membuat mitra-mitranya senang memilih Dawet Kemayu.

"Karena kita tidak hanya menjual dawet yang model gelasan saja tetapi juga revenue stream-nya banyak, bisa jualan cup, hampers, minipack, botol juga," jelasnya.

Meski memang pandemi Covid-19 bisa dibilang cukup menggagalkan target awalnya untuk membuka 100 cabang dalam 3 bulan pertama. Namun setelah lebaran itu kemitraan mulai masuk meski baru satu-dua saja.

Disampaikan Intan, puncaknya terjadi pada bulan Oktober 2020. Saat itu satu bulan ia bisa menambah sejumlah 20 cabang.

"Alhamdulillah terus bertambah sampai saat ini satu tahun kita ada 145 cabang di beberapa kota," ujarnya.

Baca Juga: 12 Warga Wadas Ditangkap, Petang Ini LBH Jogja Datangi Mapolres Purworejo

Meskipun memang 145 cabang itu masih berada di dalam Pulau Jawa saja. Tidak dipungkiri sudah banyak daerah lain di luar Jawa yang ingin masuk bergabung ke dalam kemitraan Dawet Kemayu.

"Sebetulnya ini banyak sekali yang pengen masuk. Ada yang dari Riau, Aceh, Pontianak, Banjarmasin, Papua sekalipun banyak yang menayakan. Namun kita masih terkendala di ekspedisi pengiriman bahan baku," terangnya.

Intan menjelaskan bahwa pembuatan cendol yang tidak mudah itu juga menjadi kendala. Dibutuhkan tangan khusus dan prosesnya pun tidak sebentar.

Disebutkan bahwa sekali produksi setidaknya membutuhkan waktu 6 jam untuk menghasilkan cendol itu.

"Jadi memang saat ini bahan baku semua dari kami. Kita mengirim bahan baku ke mitra sampai sekarang. Mungkin mitra juga senang karena itu mitra tidak ribet, pokoknya jualan saja. Kita sudah siapkan semua. Ketika join, sudah disiapkan SOP, peralatan, bahan baku, dan bahkan media promosi, hingga konten," paparnya.

Covid-19 Jadi Kendala Utama

Load More