SuaraJogja.id - Kekeringan mulai melanda wilayah Kabupaten Gunungkidul. Sejumlah kapanewon sudah merasakan sulitnya mendapatkan air bersih. Warga masih berusaha mengais sumber air bersih yang masih bisa mereka ambil airnya. Namun, tak sedikit yang sudah membeli dari penyedia air bersih.
Ada pemandangan miris saat melintas di Kalurahan Kanigoro menuju Kalurahan Krambilsawit, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul. Tak hanya orang tua, terlihat pula anak-anak membawa jeriken. Mereka mengantre dengan sabar, menanti rembesan air dari pipa PDAM yang melintas tak jauh dari rumah.
Bencana kekeringan memaksa warga di Pedukuhan Klumpit ini berburu sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kali ini, mereka terlihat berebut mengais air dari pipa PDAM yang bocor. Pasalnya, beberapa sumber mata air di wilayah mereka telah mengering.
Bahkan, karena sumber mata air di wilayah mereka telah mengering, warga Pedukuhan Klumprit ini menempuh jarak sekitar dua kilometer dari rumah mereka menuju ke tempat pipa PDAM yang merembes. Padahal rembesannya saja tidak terlalu deras, untuk mendapatkan satu jeriken air harus menunggu 1 jam.
Baca Juga: Tak Sempat Menghindar, Mbah Suparman Meninggal Terlindas Jip yang Tak Kuat Menanjak
Puji Rahayu (51), seorang warga yang terkena dampak kekeringan, mengatakan, awalnya ada warga yang melihat ada rembesan air dari tanah di pinggir jalan. Kemudian wanita ini berinisiatif membuat lubang kecil ukuran 60x50 sentimeter dengan kedalaman hanya 20 sentimeter. Lubang ini sengaja dibuat untuk menampung rembesan air PDAM.
"Setelah digali terdapat Pipa PDAM yang bocor dan mengeluarkan air. Pas ada sambungan pipa, dan di sambungan tersebut sudah bocor. Lumayan bisa menampung air untuk warga," kata puji.
Bersama warga yang lain, mereka menampungnya sampai lubang tersebut penuh dan baru mengisikannya ke dalam jeriken. Ketika sudah mengisi sebanyak 1 jeriken, warga harus menunggu kembali sekitar 1 jam agar lobang buatan tersebut penuh kembali. Jika tidak, maka secara otomatis lubang tersebut akan keruh dan airnya tak bisa diambil.
Menurut Puji, warga memanfaatkan air dari pipa bocoran PDAM untuk kebutuhan sehari-hari, seperti untuk minum, mandi, dan untuk kebutuhan ternaknya. Ia bersyukur ada saluran pipa air bersih yang bocor, sebab dirinya warga lainya mendapatkan air bersih secara gratis.
"Memang sedikit keruh, namun masih bisa dimanfaatkan dari pada harus beli tangi air," ungkapnya.
Baca Juga: Minggu Sore, Puluhan Wisatawan Pantai di Gunungkidul Tersengat Ubur-Ubur
Sebelum ada air bocor, saat kekeringan warga kerap membeli air bersih untuk keperluan sehari-hari, karena bantuan dari pemda setempat terkadang tidak mencukupi kebutuhan warga. Warga akhirnya harus rela membeli air dari tangki swasta seharga Rp150 ribu hingga Rp160 ribu dengan kapasitas sebanyak 5 ribu liter.
Namun kali ini, akibat pandemi Covid19 yang masih berlangsung warga berusaha seirit mungkin menggunakan air. Mereka sedapat mungkin mengurangi anggaran untuk membeli air. Karena ekonomi tengah susah sehingga untuk membeli air harus mereka minimalisir.
Warga yang lain, Rebiyati (56) mengaku setiap hari ia mendatangi pipa bocor PDAM itu dengan membawa dua jeriken bersama warga lain. Pipa PDAM yang bocor itu terus mengeluarkan air sehingga warga dapat mengambil air tersebut setiap saat untuk kebutuhan.
"Baru musim kemarau ini, tahun kemarin belum bocor. Ya alhamdulillah bisa mendapat air bersih tanpa beli," kata Rebiyati.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, telah melakukan koordinasi dengan sejumlah instansi diantaranya PDAM, kapanewon, hingga Pamaskarta (Paguyuban Air Minum Masyarakat Yogyakarta). Nantinya tiap instansi akan menyiapkan langkah mengatasi kekeringan sesuai ketugasan masing-masing.
"Langkah tersebut juga disiapkan sesuai kemampuan tiap instansi. Kami juga akan memetakan wilayah rawan kekeringan juga dilakukan bersama kapanewon. Biasanya yang berpotensi kekeringan adalah wilayah yang belum ada jaringan PDAM dan Pamaskarta, hanya mengandalkan tampungan air hujan," jelasnya.
BPBD Gunungkidul pun sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp700 juta untuk penanganan kekeringan tahun ini. Menurut Edy, sebagian besar anggaran digunakan untuk kebutuhan penyaluran (dropping) air bersih. Besaran anggaran tiap tahunnya hampir sama.
Namun, penggunaan anggaran tersebut bergantung kebutuhan hingga lamanya dampak kekeringan yang timbul. Seperti tahun lalu serapannya hanya sekitar Rp 350-400 juta, sebab musim keringnya cenderung pendek.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Cek Fakta: Pramono Anum Sebut Layanan Air Bersih di Jakarta Hanya Mencapai 44 Persen, Apa Iya?
-
Serem! Video Ulat Jati 'Kuasai' Jalanan Gunungkidul, Benarkah Musim Ulat Tiba?
-
Viral! Pemotor 'Bersenjata' di Gunungkidul Dikira Klitih, Ternyata Musuhnya Ulat Jati
-
Pramono Janjikan Akses Air Bersih 100 Persen Tahun 2029
-
Lekat dengan Sutrisna Wibawa, dari Kariernya di Dunia Pendidikan hingga Terjun ke Politik
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Logistik Pilkada Sleman sudah Siap, Distribusi Aman Antisipasi Hujan Ekstrem
-
Seharga Rp7,4 Miliar, Dua Bus Listrik Trans Jogja Siap Beroperasi, Intip Penampakannya
-
Skandal Kredit Fiktif BRI Rp3,4 Miliar Berlanjut, Mantri di Patuk Gunungkidul Mulai Diperiksa
-
Pakar Ekonomi UMY Minta Pemerintah Kaji Ulang Terkait Rencana Kenaikan PPN 12 %
-
DIY Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana hingga 2 Januari 2025