SuaraJogja.id - Batalnya lockdown di sejumlah daerah mendapat beragam reaksi dari masayarakat. Salah satunya budayawan Sujiwo Tejo.
Ia menganggap aneh fenomena tersebut karena alasan batalnya lockdown berkaitan dengan dana anggaran.
Menurut Sujiwo Tejo, para tokoh yang berperan penting dalam penerapan lockdown ini hanya sanggup mengeluarkan biaya untuk kampanye.
Sementara itu bgitu terpilih sebagai pemimpin, ketika lockdown seharusnya diterapkan demi keselamatan masayrakat di tengah pandemi Covid-19, mereka malah tak sanggup menanggung biaya hidup rakyatnya.
"Banyak tokoh dan pendukungnya yang sanggup membiayai semesta baliho hingga wajah tokoh tersebut merata di seluruh Indonesia. Tapi, tokoh dan bala2nya itu tak sanggup membiayai rakyat kalau negeri ini di-lockdown. Bagiku ini aneh ..." kicau @sudjiwotedjo, Selasa (22/6/2021) malam.
Baru satu jam setelah dicuitkan, twit dalang berdarah Madura itu telah di-retweet lebih dari 300 kali dan disukai sekitar 500 pengguna Twitter.
Diketahui, kasus Covid-19 yang kembali melonjak membuat wacana lockdown nyaring didengungkan di sejumlah wilayah.
Sayangnya, wacana tersebut berhenti sampai pencanangan dan batal direalisasikan.
Satu di antaranya dari DIY. Pemda DIY membatalkan wacana lockdown atau pembatasan mobilitas masyarakat yang sebelumnya mengemuka.
Baca Juga: Sampaikan Sapa Aruh, Sri Sultan Sebut Implementasi PPKM Mikro Belum Maksimal
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sempat mengancam Jogja lockdown jika rakyatnya terus-terusan melanggar protokol kesehatan.
Namun, wacana lockdown batal. Sultan beralasan, pihaknya tak sanggup membiayai hidup seluruh rakyat se-DIY.
"Lockdown, enggak ada kalimat lockdown. Saya enggak kuat ngragati rakyat sak jogja. [Lockdown] pilihan terakhir. Kalau lockdown, pemerintah tidak akat kuat[menghidupi masyarakat]," ujar Sultan usai rapat bersama bupati/wali kota di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (21/6/2021) sore.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat juga tak berminat menerapkan lockdown meski saat ini daerah itu menyandang status zona merah atau kategori risiko tinggi penularan Covid-19.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 KBB Agus Ganjar Hidayat mengatakan, banyak yang harus dipertimbangkan ketika menerapkan lockdown. Di antaranya sarana dan prasarana serta kesiapan anggaran daerahnya.
"Soal lockdown kita (Pemda KBB) belum sampai ke arah sana. Kalau lockdown diterapkan, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan secara teknis. Anggaran juga harus mendukung ke arah kebijakan itu," katanya.
Berita Terkait
-
Sampaikan Sapa Aruh, Sri Sultan Sebut Implementasi PPKM Mikro Belum Maksimal
-
DIY Batal Lockdown, Sri Sultan: Saya Ngga Kuat Ngragati Rakyat Sak Jogja
-
Bahas Lagi Terkait Rencana DIY Lockdown, Ini Penjelasan Sri Sultan Hamengku Buwono X
-
Jika Lockdown Diterapkan, Buruh di DIY Tuntut Jaminan Hidup
-
Lockdown Dikhawatirkan Buat UMKM DIY Kolaps, Perlu Gandeng Marketplace
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
Terkini
-
KA Bangunkarta Tabrak Mobil & Motor di Prambanan: 3 Tewas, Penjaga Palang Pintu Dinonaktifkan
-
Wasiat Terakhir PB XIII: Adik Raja Ungkap Pesan Penting Suksesi Keraton
-
Pembunuh Wanita di Gamping Ditangkap, Ditemukan di Kuburan usai Minum Racun Serangga
-
Dari Lurik Hitam hingga Tangga Imogiri: Kisah Para Penandu yang Jaga Tradisi Pemakaman Raja
-
Ramai Klaim Penerus Tahta, Adik Paku Buwono XIII Ungkap Syarat jadi Raja Keraton Surakarta