Mengenai distribusi peti-peti mati hasil buatan rekan-rekan alumni gelanggang mahasiswa UGM tersebut, kata Herlambang, saat ini baru bisa menjangkau di dua rumah sakit saja yaitu RSUP dr Sardjito dan Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM.
Keterbatasan dari segi sumber daya manusia dan dana yang berbasis donasi menjadi kendala. Pasalnya dari segi donasi sendiri rata-rata permintaan memang ke RSUP dr Sardjito.
"Kami pun juga ide awal untuk rumah sakit Sardjito dan rumah sakit akademik UGM. Jadi kami akan ke situ. Itu pun saya yakin tidak memenuhi kebutuhan total semua, tidak akan," ucapnya.
Sejumlah masyarakat pun tidak dipungkiri sudah sempat mencoba menghubungi pihaknya untuk kebutuhan peti mati. Namun stok yang memang belum memenuhi permintaan itu membuatnya tidak bisa melayani permintaan tadi.
Baca Juga: BEM KM UGM Gagas Etalase Nasi Gratis Bantu Warga Terdampak Pandemi, Ini Dia Lokasinya
"Ada [permintaan dari masyarakat] ada yang japri di facebook, saya terlambat menjawab, petinya ngga ada, bapak kami meninggal isoman di rumah ngga dapet peti, ya sedih sekali dengerin itu. Walaupun kalau saya jawab saat itu kami juga tidak punya stok, tidak bisa kami berikan karena itu sudah hak Sardjito," ujarnya.
Herlambang menuturkan permintaan kebutuhan peti saat ini masih banyak. Bahkan ada satu grup serupa yang ada di Bantul juga mencoba membuat peti hanya dengan triplek yang tipis sebagai dindingnya.
"Artinya kebutuhan sangat mendesak. Ya di Sardjito itu kebutuhannya 60 peti, per hari. Berapa hari yang lalu 60 peti hanya terpenuhi 30 peti. Dua-tiga hari yang lalu," tuturnya.
Ia menilai minimnya ketersediaan peti di Jogja ini disebabkan karena pembuat peti yang juga sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan atau permintaan pasar. Selain butuh bahan baku, pembuatannya pun membutuhkan waktu.
"Jadi baru dua rumah sakit, RSA UGM dan Sardjito. Masyarakat belum terpikir, mungkin kami sambil belajar mencoba membuat. Ya nanti kalau berkembang dan ada energi dan kerja sama baik dari pihak lain untuk kita share apa yang kita lakukan ini, di beberapa titik membuat itu mungkin nanti bisa memenuhi itu. Misalnya di Sleman bikin satu sentra sendiri sama dengan yang kita lakukan," ungkapnya.
Baca Juga: UGM Sulap Wisma MIC Jadi Shelter Pasien Covid-19 Bergejala Ringan, Kapasitas 136 Orang
Sebagai Stimulus Masyarakat Lain
Herlambang menegaskan bahwa sebenarnya gerakan ini tujuannya bukan pada pengadaan peti itu sendiri. Melainkan lebih sebagai stimulus masyarakat agar bisa ditiru.
"Sebenarnya mohon gerakan ini direplikasi oleh pihak-pihak lain gitu loh, harapan kami begitu. Kemarin ada dokter dari Klaten juga meminta bantuan peti karena di sana kekurangan peti kantong jenazah dan macam-macam. Tapi ya tidak mungkin kami berikan. Bahkan kami adakan pun sulit karena keterbatasan kami," katanya.
Lebih lanjut, Herlambang berharap masyarakat lain bisa turut terlibat untuk membantu di saat kondisi kritis sekarang ini. Ia bahkan terbuka untuk menerima siapa saja yang ingin datang membantu.
" Artinya begini, kalau memang ada yang berminat, pengen kemudian tahu, yuk datang ke sini kita belajar bareng gitu loh. Alat-alatnya dari nol, kebetulan di sini punya alatnya sudah stok punya sendiri hari ini satu terbakar, akhirnya beli alat," terangnya.
Namun lebih dari itu harapan semua yang terlibat dalam gerakan pembuatan peti tersebut adalah bisa untuk sesegera mungkin berhenti produksi. Dalam artian bahwa kasus Covid-19 itu sudah turun dan teratasi dengan baik sehingga pengadaan peti juga bisa teratasi.
Berita Terkait
-
Disumbang Puluhan Peti Jenazah, Sekda Kota Probolinggo: Semoga Tak Terpakai
-
Pasien Covid-19 Meninggal Tak Dapat RS, Jenazah Tertahan karena Tempat Pemulasaran Penuh
-
Daftar Lokasi Tes PCR Jogja dan Harganya, Hasil Bisa Satu Hari Jadi
-
Penggunaan Dana Keistimewaan DIY Disorot, Aktivis JCW Singgung Pagar Alun-Alun Utara
-
Seakan Tak Kenal Lelah, Tim Pemakaman Jenazah Covid-19 di Jogja Dibayar Susu dan Mi Instan
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Tipe SUV Juni 2025: Harga di Bawah 80 Juta, Segini Pajaknya
- 6 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Tranexamic Acid: Atasi Flek Hitam & Jaga Skin Barrier!
- 7 Rekomendasi Sunscreen Terbaik Memutihkan Wajah, Harga Murah Mulai Rp32 Ribuan
Pilihan
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
-
10 Mobil Bekas Punya Kabin Luas: Harga di Bawah Rp100 Juta, Muat Banyak Keluarga
-
Daftar 5 Pinjol Resmi OJK Bunga Rendah, Solusi Dana Cepat Tanpa Takut Ditipu!
-
Hadapi Jepang, Patrick Kluivert Akui Timnas Indonesia Punya Rencana Bagus
Terkini
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi
-
8 Tersangka, 53 Miliar Raib: KPK Sikat Habis Mafia Pungli TKA di Kemenaker
-
Dapur Kurban Terbuka, Gotong Royong Warga Kauman Yogyakarta di Hari Idul Adha
-
Masjid Gedhe Kauman Sembelih Puluhan Hewan Kurban, Ada dari Gubernur DIY