Di Jogja sendiri lanjutnya, gairah mural sempat bagus di masa akhir periode kedua Wali Kota Herry Zudianto. Sekitar tahun 2011-an, seniman disubsidi oleh pemerintah dalam bentuk cat untuk membuat karya di dinding-dinding yang ada di Kota Pelajar.
Samuel mengingat kala itu pemerintah menganggarkan kurang lebih Rp40 juta untuk bantuan cat bagi para seniman. Seluruh cat tersebut ditempatkan di salah satu kantor dinas, bagi warga yang ingin membuat mural bisa mengambil cat tersebut. Dikatakan Samuel cat adalah salah satu kebutuhan seniman art street yang cukup mahal.
“Nah dari situlah Wali Kota merasa harus support karena aktivitas kami, alasannya takut disebut pelit. Ya saya bilang tapi jangan banyak-banyak lho pak. Saya nanti cari sendiri (dana), akhirnya ada kemandirian, ada kegembiraan lantas memungkinkan eksplorasinya lebih jauh,” kata dia.
Usai pergantian Wali Kota Yogyakarta oleh Haryadi Suyuti, subsidi itu sudah tidak ada lagi.
Baca Juga: Ramai Soal Penghapusan Mural di Jembatan Kewek, Begini Respon Walikota Jogja
Lebih lanjut, menanggapi penghapusan yang terjadi di Jembatan kewek, Samuel mengaku cukup tergelitik. Ia menyebut baik aparat dalam hal ini pemerintah dan masyarakat sama-sama ingin diperhatikan. Pemicunya tentu momentum pandemi Covid-19 dan juga momentum kebingungan publik.
Penghapusan mural itu, kata Samuel hanya meminjam sebentar platform media daring untuk berpindah ke cara yang tradisional. Artinya ruang yang sebelumnya sering digunakan masyarakat melalui smartphone berpindah sementara ke media dinding.
“Menggelitik ini sebenarnya, satunya membuat, satunya menghapus. Lalu membuat lagi, dihapus lagi, ya saya mesem saja. Misal ada yang ditangkap, ya tangkap saja, tapi yang belum ditangkap, bikin,” kata Samuel.
Menurut pria asal Kota Gombong, Jawa Tengah itu, seniman mural tak perlu fokus terhadap muralnya. Ia menilai jika memang ada tindakan atau reaksi dari pemerintah, buat lagi mural-mural lainnya dimana dari pesan dan isi mural itu disampaikan ke publik. Ia menilai menyampaikan ulang definisi sebuah mural jauh lebih penting.
Sebuah seni termasuk mural ketika sudah didokumentasikan dalam bentuk audio visual atau pun foto, hal itu sudah cukup aman. Dengan kata lain, seniman bisa dengan bebas menyampaikan ulang di media sosial mereka.
Baca Juga: Mural di Jembatan Kewek Dihapus Aparat, Seniman Sebut Kurang Kerjaan
Mural Dibungkam Itu Provokatif
Berita Terkait
-
Record Store Day Yogyakarta 2025, Lebarannya Rilisan Fisik Kini Balik Ke Pasar Tradisional
-
Janji Proses Tindakan Abusive Aparat, Prabowo: Kita Hormati Asal Demonya Damai, Tak Sulut Kerusuhan
-
Bencana Hidrometeorologi Mengintai Yogyakarta, Status Siaga Diperpanjang!
-
5 Rekomendasi Mie Ayam Jogja Murah Seharga Kantong Mahasiswa
-
Menjelajahi Desa Wisata Nglanggeran: Desa Wisata Terbaik Dunia
Tag
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Peringatan Dini BMKG Terbukti, Sleman Porak Poranda Diterjang Angin Kencang
-
Sultan HB X Angkat Bicara, Polemik Penggusuran Warga Lempuyangan Dibawa ke Keraton
-
Konten Kreator TikTok Tantang Leluhur Demi Viral? Keraton Yogyakarta Meradang
-
'Saya Hidupkan Semua!' Wali Kota Jogja Kerahkan 10 Mesin untuk Tangani 300 Ton Sampah Per Hari
-
Curhat Petani Gulurejo, Ladang Terendam, Harapan Pupus Akibat Sungai Mendangkal