Lebih lanjut, kegiatan ini tidak hanya reaksi atas munculnya tindakan aparat menghapus ekspresi dan pendapat masyarakat dari sebuah mural. Namun baginya, hal ini untuk mengembalikan dan membangun kesadaran orang-orang dengan dugaan penindasan yang terjadi.
“Mungkin lebih ke membangun kesadaran dan membangun persatuan untuk melawan penindasan. Seperti itu kurang lebih,” katanya.
Bukan uang, hadiah yang ditawarkan oleh penyelenggara. Melainkan barang-barang seperti sepatu, buku, bahkan pernak-pernik unik menjadi hadiah bagi peserta.
“Jika uang, itu membuat buta. Hadiah yang kami berikan nanti kepada mereka semuanya barang,” singkatnya.
Baca Juga: Ramai Soal Penghapusan Mural di Jembatan Kewek, Begini Respon Walikota Jogja
Sayembara lomba itu, menurut Enka, Seniman Jogja 27 tahun yang juga cukup banyak berkolaborasi dengan seniman luar Negeri seperti Portland, Amerika Serikat dan Australia itu tidak salah. Bisa jadi menggairahkan kembali seniman street art Jogja, bahkan seluruh Indonesia untuk bersenang-senang.
Namun hal yang perlu diperhatikan adalah karya yang mereka kirim harus benar-benar orisinil. Tak menutup kemungkinan peserta hanya ingin ikut-ikutan, dan mencomot karya orang lain tanpa ada izin lalu dibuat ulang tanpa mengulik arti dari si pembuat.
“Ya itu yang perlu diperhatikan teman-teman nanti ketika ikut lomba. (Orisinil karya) yang saya garis bawahi,” terang dia.
Samuel: Itu perebutan ruang publik yang lumrah
Seniman yang kondang namanya di lingkungan mural Jogja, Samuel Indratma melihat bahwa munculnya mural atau seni jalanan itu dipicu adanya perebutan ruang publik di wilayah daerah termasuk kota. Ruang-ruang kota kerap jadi sasaran untuk mengekspresikan karya mural lantaran medium nan murah serta efektif diakses publik.
Baca Juga: Mural di Jembatan Kewek Dihapus Aparat, Seniman Sebut Kurang Kerjaan
Pendiri Jogja Mural Forum (JMF) ini menyebut pada medio 1997-2000 perebutan ruang publik seperti yang terjadi di bawah Jembatan Kewek kerap terjadi. Di era itu, sebuah karya seni ditimpa oleh korporat dan ditutup merupakan sesuatu yang lumrah karena menurutnya termasuk bagian dari dinamika kota.
Berita Terkait
-
Bencana Hidrometeorologi Mengintai Yogyakarta, Status Siaga Diperpanjang!
-
5 Rekomendasi Mie Ayam Jogja Murah Seharga Kantong Mahasiswa
-
Menjelajahi Desa Wisata Nglanggeran: Desa Wisata Terbaik Dunia
-
Puncak Arus Balik, 31 Ribu Orang Diberangkatkan dari Daop 6 Yogyakarta
-
Demokrasi atau Diktator? Brutalisme Aparat di Balik Demonstrasi UU TNI
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
Hasil Akhir! Pesta Gol, Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia
-
Hasil Babak Pertama: Gol Indah Zahaby Gholy Bawa Timnas Indonesia U-17 Unggul Dua Gol
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
Terkini
-
Gunungkidul Sepi Mudik? Penurunan sampai 20 Persen, Ini Penyebabnya
-
Kecelakaan KA Bathara Kresna Picu Tindakan Tegas, 7 Perlintasan Liar di Daop 6 Ditutup
-
Arus Balik Pintu Masuk Tol Jogja-Solo Fungsional di Tamanmartani Landai, Penutupan Tunggu Waktu
-
AS Naikan Tarif Impor, Kadin DIY: Lobi Trump Sekarang atau Industri Indonesia Hancur
-
Petani Jogja Dijamin Untung, Bulog Siap Serap Semua Gabah, Bahkan Setelah Target Tercapai