"Sate Klatak ini terkenal sejak diliput media-media. Alhamdulillah usaha saya jadi berkembang," ujar dia.
Ihwal asal usul nama Pak Pong yaitu karena sewaktu masih kecil sering bangun tidur pada siang hari. Sehingga ayahnya memanggilnya Njempong dalam Bahasa Jawa. Bahkan panggilan tersebut terbawa di lingkungan sekolah.
"Teman-teman sekolah saya ikut manggilnya Pong, termasuk warga sekitar ikut memanggilnya Pak Pong. Mungkin orang kalau mencari saya dengan nama Dzakiron tidak ada yang tahu, itu awet sampai saat ini," selorohnya sambil terkekeh.
Bersaing Secara Sehat
Menjamurnya penjual sate klatak di sekitarnya karena sebagian dari mereka sebelumnya pernah ikut kerja dengan kakek Pak Pong. Selain itu, ada juga yang belajar cara membuat sate klatak dari para pamannya.
"Termasuk ada juga yang sudah pernah ikut jualan sama saya. Lalu mereka mulai buka usaha sate klatak sendiri," katanya.
Kendati demikian, ia tidak mempermasalahkan itu. Ia menyebut yang terpenting bersaing secara sehat dalam berjualan sate klatak. Dengan begitu, akan jadi motivasi sendiri baginya untuk memberikan yang terbaik.
"Untuk itu kami selalu menjaga servis dan kualitas," paparnya.
Menurut pria berusia 46 tahun itu, semua klatak bumbunya sama yakni daging diberi garam, terus berkembang saat ini ditambah bawang putih serta kemiri. Namun, untuk urusan daging, ia selalu memilih daging wedhus gembel yang terbaik.
Baca Juga: Belum Laksanakan PTM, Bantul Tunggu Capaian Vaksinasi Sampai 70 Persen
"Soal daging, kami potong dan pilih kambingnya sendiri dari penyuplai. Wedhus gembel yang disembelih biasanya usia sekitar satu tahun. Karena itu, orang merasa cocok dari segi rasa, kualitas daging, cara penyajian, dan fasilitas," katanya.
Di sisi lain, ihwal servis kepada pembeli, pihaknya selalu mengupayakan untuk cepat dan ramah. Bagi yang datang dengan kendaraan pribadi pun tidak dikenai tarif parkir.
"Servis diusahakan melayani lebih cepat dan harus ramah kepada pembeli, strategi marketing kami begitu," imbuhnya.
Ia menyebut, sebelum terjadi pandemi Covid-19, dalam sehari bisa menghabiskan 20-25 ekor kambing. Kekinian, kurang lebih menghabiskan 10 ekor kambing.
Adapun menu andalannya selain sate klatak meliputi tongseng, tengkleng, sate bumbu kecap, gulai, dan nasi goreng kambing. Harganya pun tergolong terjangkau bagi wisatawan.
"Untuk satu porsi sate klatak isinya dua tusuk seharga Rp27 ribu, terus nasi putih Rp5.000, dan aneka minuman Rp5.000," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
Terkini
-
Sri Sultan HB X Ungkap Strategi Jitu Atasi Pengurangan Dana Pusat: Daerah Lain Wajib Tahu
-
Waspada! Kebakaran di Jogja Melonjak Drastis, Korsleting Listrik Jadi Biang Kerok Utama
-
Petani Gunungkidul Kaya Raya Panen Bawang Merah & Semangka Raup Untung Gede Berkat Lumbung Mataraman
-
Bantul Perangi Sampah Liar: 2 Warga Kena Tipiring, Efek Jera Mulai Diberlakukan
-
Keterbatasan Bukan Halangan! Ilmuwan UGM Buktikan Bisa Mendunia dengan Inovasi Berkelanjutan