Mereka sempat tidak doyan makan. Sebab makanan napi yang tidak layak untuk dikonsumsi. Sehari dua hari tidak doyan makan tetapi akhirnya mereka memutuskan untuk makan seadanya. Ada pihak dari luar yang mengirim makanan tapi tidak diperbolehkan.
"Masuk November. November ini kok, kita kan mikirnya kalau Jogja aman akan dibebaskan. Malah banyak lagi yang masuk. Yo uwes nek kancane teko ki berarti ra iso bali. (Ya sudah kau temannya datang berarti tidak bisa pulang). Jadi itu Jogja terus semua operasi ditangkapi. Ternyata tidak hanya ditangkap, yang dibunuh juga ada," terangnya.
Ia hanya bisa pasrah bersama dengan teman-teman yang sudah masuk jeruji besi tadi. Lalu akhirnya dipindah ke Blok L, yang kata Leo, semacam penjara di dalam penjara. Melihat dari kondisi di sekeliling blok L yang masih dipasangi kawat berduri dan pintu masuk dikunci.
Masuk tahun baru 1966, ia dan teman-teman lainnya sudah membayangkan bahwa akan dibebaskan. Tapi harapan itu tidak terwujud. Mereka tetap harus berada di dalam tahanan.
Baca Juga: Berdiri Tugu Palu Arit di Palembang, Puluhan Kantor Serikat Buruh
Bertahan hidup di dalam jeruji besi dengan kondisi seadanya, yang diawasi tidak hanya oleh aparat tapi juga oleh napi.
Bahkan dari pengalamannya berada di penjara itu, Leo sadar bahwa ternyata saat itu narapidana punya nilai lebih dari pada mereka -- mahasiswa yang ditahan. Walaupun sama-sama semua ditahan.
"Kita menilai kriminal ternyata lebih baik daripada kita yang mahasiswa," ucapnya.
Kejadian horor juga tak luput dari pengalamannya. Termasuk saat pemanggilan rekan-rekan yang ada di dalam rombongannya tengah malam oleh petugas.
Sebab dari pengalaman yang sudah-sudah, beberapa kawannya ada yang dipanggil setelah maghrib itu tidak kembali lagi, istilahnya itu di "bon" kata Leo.
Baca Juga: Kumpulan 30 Link Download Twibbon Peringatan G30S PKI
Suatu ketika ia menjadi salah satu nama yang dipanggil tengah malam. Namun ia bergeming dan memilih diam.
Berita Terkait
-
Prabowo Mau Bangun Penjara Koruptor di Pulau Terpencil? Ini 7 Lokasi yang Pas!
-
Prabowo Mau Bikin 'Penjara Hiu' Buat Koruptor di Pulau Terpencil, Muzani Bilang Ini
-
Sorot Ide 'Lucu' Prabowo, ICW: Penjara di Pulau Terpencil Malah Bikin Napi Korupsi Semakin Sulit Diawasi
-
Sebelum Kirim ke Penjara Terpencil yang Ada Hiu, ICW Sarankan Prabowo Miskinkan Koruptor Dulu
-
3 Tempat Paling Direkomendasikan untuk Berburu Takjil di Yogyakarta
Tag
Terpopuler
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- Dukung Penyidik Tahan Nikita Mirzani, Pakar Justru Heran dengan Dokter Reza Gladys: Kok Bisa...
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
- Media Asing Soroti Pernyataan Maarten Paes Soal Kualitas Emil Audero
Pilihan
-
Bojan Hodak Tinggalkan Persib Bandung
-
Catatkan Rekor MURI, Ini Cerita Buka Puasa Bersama Terpanjang di Solo
-
Baru 2 Bulan, Penjualan Denza D9 Sudah Kalahkan Alphard di Indonesia
-
Saham BJBR Anjlok, Aksi Jual Marak Usai Dirut dan Corsec Terjerat Korupsi Dana Iklan Bank BJB
-
Owner Wong Solo Grup Laporkan Pengusaha Asal Bekasi dalam Kasus Penipuan Investasi
Terkini
-
Pedagang di Gunungkidul Keluhkan Pasar Kian Sepi, Sebagian Terpaksa Memilih Tutup
-
Sambut Arus Mudik, Terminal Wonosari Gelar Ramp Check dan Siapkan Karpet Lesehan di Ruang Tunggu
-
Batal Dibuat Satu Arah, Plengkung Gading Ditutup Total
-
Papua Global Spices, UMKM Papua Barat yang Sukses Tembus Pasar Dunia Berkat BRI
-
Jogja Masuk 11 Besar, OJK Terima 58 Ribu Lebih Aduan Kejahatan Keuangan