SuaraJogja.id - Menyimpan berbagai sejarah Indonesia, ada banyak museum yang berlokasi di Yogyakarta. Salah satunya adalah museum unik bernama Museum Sandi Yogyakarta.
Tak sekadar membahas sejarah, Museum Sandi Yogyakarta ditujukan khusus untuk dunia persandian Indonesia.
Selama ini, istilah sandi dan kriptografi masih identik dengan film-film bertema intelijen. Sementara bagi anak-anak usia sekolah, sandi identik dengan aktivitas pramuka.
Nah, saat berkunjung ke Museum Sandi Yogyakarta, wisatawan akan diperkenalkan dengan sejarah sandi di dunia dan terutama di Indonesia.
Museum Sandi sendiri rupanya sudah ada sejak tahun 2008 silam. Saat itu, Museum Sandi masih menempati ruang kontemporer di Museum Perjuangan Yogyakarta.
Namun, pada tahun 2014, lokasi Museum Sandi pun berubah. Sejak tahun 2014 hingga kini, Museum Sandi bertempat di sebuah bangunan cagar budaya yang beralamat di Jl Faridan M Noto No 21, Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta.
Museum ini ada sebagai pendukung dari Badan Siber dan Sandi Negara. Lewat museum ini, pengunjung akan diedukasi soal pentingnya keamanan informasi.
Memasuki museum, pengunjung akan diperkenalkan lebih dulu dengan sandi-sandi kuno. Alat peraga untuk sandi-sandi tersebut juga tersedia di sini.
Baca Juga: Ada Diskresi untuk Anak di Bawah 12 Tahun, Pelaku Wisata Jogja Tetap Harus Taat Prokes
Barulah setelah itu, pengunjung akan diajak melihat perkembangan sandi di Indonesia. Salah satu tokoh penting yang koleksinya banyak ditemukan di sini adalah dr Roebiono Kertopati, Bapak Persandian Indonesia.
Tak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat replika Rumah Sandi di sini.
Bagi Anda yang belum tahu, Rumah Sandi adalah sebuah situs yang terletak di daerah Kulon Progo, Yogyakarta. Dulunya, rumah ini berperan penting dalam proses pengiriman pesan bersandi saat Agresi Militer II.
Selain mengenal sejarah sandi di Indonesia dan dunia, bangunan Museum Sandi sendiri merupakan cagar budaya yang menarik untuk dikunjungi, lho.
Bagaimana tidak, bangunan bergaya Eropa tersebut dulunya merupakan villa milik orang Belanda. Sembari mengunjungi museum, wisatawan juga bisa berdiri di balkon villa dan melihat pemandangan Yogyakarta.
Selepas menjadi villa, bangunan ini juga pernah dijadikan rumah pribadi dan klinik dokter Sri Sultan Hamengkubuwono VII.
Berita Terkait
-
Ada Diskresi untuk Anak di Bawah 12 Tahun, Pelaku Wisata Jogja Tetap Harus Taat Prokes
-
Wisatawan Bisa Masuk ke Tempat Wisata jika Terkendala Sinyal, Apa Syaratnya?
-
Tan Jin Sing, Sosok Super Cerdas dari Kampung Ketandan yang Diangkat HB III Jadi Bupati
-
Jalan-Jalan di Kampung Ketandan, Wisata Sambil Belajar Hargai Perbedaan
-
Keliling Museum di Bantul, Melihat Perjalanan Bapak Pembangunan Indonesia
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
Terkini
-
Analisis Tajam Sabrang Letto: Kasus Tom Lembong Jadi Pertaruhan: Wasit Tak Adil!
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo