SuaraJogja.id - Sosiolog UGM Arie Sujito menyarankan sejumlah langkah penyelesaian terkait dengan konflik yang berujung kerusuhan di Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Senin (4/7/2022) kemarin.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melihat akar permasalahan itu sendiri. Sehingga masalah yang muncul tidak gampang diseret ke persoalan etnisitas saja.
"Pertama ya harus dilihat apakah itu sebetulnya akar masalahnya konflik etnis atau tidak. Jangan-jangan itu problem sifatnya kriminalitas atau apapun ya. Jadi kalau menangani masalah jangan gampang diseret pada perselisihan dan konflik yang sifatnya etnisitas. Jangan-jangan problemnya bukan etnis gitu," kata Arie saat dihubungi, Selasa (5/7/2022).
Jika memang persoalan itu bukan bersumber dari etnis tertentu maka hal tersebut akan dapat terlokalisir. Sebab sebuah etnis atau agama akan berbahaya jika digunakan untuk alat mobilisasi tertentu.
"Karena itu sebaiknya diklasifikasi terlebih dulu, itu problemnya jangan-jangan adalah persoalan konflik yang sifatnya kriminalitas atau apapun ya, itu dilokalisir di level itu. Dicari akar masalahnya, kalau ketemu ya segera dengan langkah cepat pendekatan hukum," ucapnya.
Baca Juga: Jadi Korban Pengeroyokan Saat Kerusuhan di Babarsari, Anak Pengacara Buat Laporan ke Polda DIY
Kemudian, jika akar masalah sudah ditemukan dan dapat ditangani dengan saling memahami atau damai harus dilakukan. Kalau memang harus sifatnya pidana selesaikan pidana.
Namun tentu, kata Arie, ketika ditangani secara pidana juga sebaiknya harus tetap transparan. Sehingga dalam penegakan itu supaya tidak ada dendam yang menyeret identitas.
"Sebaiknya tolong dikurangi tensi membalutkan perselisihan etnis itu supaya tidak muncul sentimen-sentimen yang berkembang meluas begitu," tegasnya.
Langkah kedua yakni terkait dengan medias yang juga perlu dilakukan. Kalau memang penyelesaian hukum sudah dilakukan, Arie berujar segera saja secepatnya tokoh-tokoh etnis atau kelompok harus saling bertemu dan difasilitasi.
"Jangan sampai meluas dan direproduksi," imbuhnya.
Baca Juga: Tunggu Motor Diservis, Anak Pengacara Jadi Korban Kerusuhan di Babarsari
Ia juga menyarankan sebaiknya pemerintah kabupaten maupun provinsi ikut menjadi bagian di dalam menyelesaikan masalah ini. Terlebih dalam konteks Jogja yang wilayahnya tidak luas tetapi padat masyarakat di dalamnya.
Berita Terkait
-
Sepak Bola Indonesia Suram (Lagi): 4 Kerusuhan Pecah dalam Sepekan!
-
Imbauan Tak Didengar, FIFA Sanksi Indonesia Buntut Kompetisi Rusuh Lagi?
-
Rusuh Lagi! Indonesia Siap-siap Sanksi FIFA, Piala Dunia 2026 Pupus?
-
Ribuan Demonstran Bakar Rumah Tokoh Pendiri Bangladesh, Sheikh Hasina Serukan Perlawanan
-
Cek Fakta: Virus HMPV Sebabkan Kerusuhan di China
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Peringatan Dini BMKG Terbukti, Sleman Porak Poranda Diterjang Angin Kencang
-
Sultan HB X Angkat Bicara, Polemik Penggusuran Warga Lempuyangan Dibawa ke Keraton
-
Konten Kreator TikTok Tantang Leluhur Demi Viral? Keraton Yogyakarta Meradang
-
'Saya Hidupkan Semua!' Wali Kota Jogja Kerahkan 10 Mesin untuk Tangani 300 Ton Sampah Per Hari
-
Curhat Petani Gulurejo, Ladang Terendam, Harapan Pupus Akibat Sungai Mendangkal