Temuan indikasi pencemaran bakteri E-Coli di satu sumur beberapa tahun lalu pun tak berpengaruh banyak terhadap penggunaannya. Sejumlah warga tetap menggunakan air sumur itu untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari, mulai dari cuci, mandi hingga konsumsi.
"Enggk ada (yang spesifik terdampak). Ya itu tadi mungkin sudah adaptif itu tadi. Airnya juga diolah tidak ada yang langsung diminum," terangnya.
"Masyarakat mengkonsumsi biasa dan tidak ada masalah. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat tidak berpengaruh pada kesehatan masyarakat," ujarnya.
Kendati demikian, Ari tak memungkiri bahwa sosialisasi terkait dengan kualitas air bersih itu masih kurang menyasar warga di bantaran Sungai Code khususnya. Padahal menurutnya hal itu diperlukan agar masyarakat juga memahami kondisi yang ada.
Apakah memang kualitas air yang mereka gunakan itu benar-benar bersih atau tidak, apakah kemudian layak dikonsumsi hingga seberapa tercemar kondisi air di lingkungan mereka. Informasi itu dinilai penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kebersihan lingkungannya, terutama terkait dengan air.
"Ya kalau sosialisasi terkait air ya saya rasa masih kurang ya. Jadi bahkan kalau perlu pemerintah bisa membuat semacam petunjuk praktis bagaimana mengetahui air itu 'tidak layak konsumsi' itu penting. Tidak hanya mereka ambil sampelnya lalu dibawa ke lab terus kita enggak tahu kemana," pungkasnya.
Semua Sungai di Kota Kualitasnya Buruk
Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Very Tri Jatmiko tidak tanggung-tanggung menyatakan bahwa kualitas semua air sungai di wilayahnya sudah buruk.
Diketahui bahwa di Kota Yogyakarta terdapat tiga sungai yang membelah wilayah kota dan sangat dekat dengan permukiman warga yaitu Sungai Gajah Wong di sebelah Timur, Sungai Code di bagian Tengah dan Sungai Winongo di bagian Barat.
"Kalau air sungai itu memang sudah jelek. Gajah Wong, Code, Winongo bahkan di embung juga kualitasnya sudah jelek," kata Very ketika ditemui Senin (5/9/2022).
Kondisi itu bukan tanpa isapan jempol belaka. Very menjelaskan DLH Kota Yogyakarta telah mengambil sejumlah sampel dari beberapa tempat mengalirnya air di wilayahnya termasuk tiga sungai besar itu setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil pengujian beberapa sample pada tahun 2021 kemarin kondisi air tanah di Kota Yogyakarta berdasarkan hasil perhitungan status mutu air terhadap parameter yang diuji adalah cemar ringan.
Perhitungan status mutu air tanah itu dilakukan dengan menggunakan metode IP serta baku mutu Permenkes Nomor 32 tahun 2017.
"Ada pemeriksaan fisik dan kimia. Secara umum konsentrasi parameter fisik berada di bawah baku mutu. Fisik itu ada kekeruhan, warna, dia bisa dilihat. Kalau pengukuran kimia ada sendiri," ujarnya.
Memang kondisi yang ditemukan adalah cemar ringan. Namun hal itu dilihat dari semua parameter yang diujikan tadi. Beda hasil jika kemudian parameter itu dilihat secara satu persatu.
Berita Terkait
-
Air Mineral Juga Bisa Tercemar, Kenali Ciri-cirinya di Sini!
-
Tercemar Bakteri E-Coli Secara Merata, Bagaimana Dampaknya ke Ekosistem di Sungai Kota Jogja?
-
Sungai Oder Diduga Tercemar Limbah Beracun, Jerman dan Polandia Lakukan Penyelidikan
-
Beginilah Kondisi Air Sungai di Desa Margasari Purwakarta yang Tercemar TPA
-
Pejabat Ini Nekat Minum Air Sungai Tercemar Demi Pembuktian ke Masyarakat, Ujungnya Dilarikan ke Rumah Sakit
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Tipe SUV Juni 2025: Harga di Bawah 80 Juta, Segini Pajaknya
- 36 Kode Redeem FF Max Terbaru 5 Juni: Klaim Ribuan Diamond dan Skin Senjata Apik
- 6 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Tranexamic Acid: Atasi Flek Hitam & Jaga Skin Barrier!
Pilihan
-
6 Skincare Aman untuk Anak Sekolahan, Harga Mulai Rp2 Ribuan Bikin Cantik Menawan
-
5 Rekomendasi Mobil Kabin Luas Muat 10 Orang, Cocok buat Liburan Keluarga Besar
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Apa Untungnya?
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
Terkini
-
Sinyal Hijau Mendagri: Pemda Boleh Gelar Acara di Hotel, Selamatkan Industri Pariwisata Sleman?
-
Jemaah Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf Ungkap Penyebab Calon Haji Terlantar di Arafah
-
Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi