SuaraJogja.id - Persoalan kejahatan jalanan oleh remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang masih kerap populer dengan sebutan klitih, dibahas dalam diskusi terpumpun oleh Polda DIY dan sejumlah pihak, di Hotel Merapi Merbabu, Kamis (24/11/2022).
Salah satu narasumber yang hadir, seorang psikolog pensiunan Mabes Polri, yakni Kombes Pol Arif Nurcahyo, Psi. lelaki yang merupakan Eks Assesor Utama Bagpenkompeten SSDM Mabes Polri itu mengungkap, klitih merupakan fenomena perilaku remaja di Jogja yang berisiko.
"Mereka ini remaja, yang sedang memasuki masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Remaja tergambarkan sebagai sosok yang memiliki badan besar, tetapi secara pola pikir banyak yang masih seperti anak kecil," ujarnya.
Dalam menjalani kehidupan, remaja melakukan banyak eksplorasi dalam hidup mereka, hal itu juga mereka lakukan bersama teman sebaya. Ditambah lagi dengan dinamika media sosial kekinian.
"Saat bersama teman sebaya, mereka mengeksplorasi secara kolektif. Kalau sudah begitu, mereka belum tentu dapat guru yang benar, padahal masa transisi ini cukup berisiko. Salah-salah mereka justru bisa bertemu narkoba dan lain-lain," ujarnya.
Hal lain yang perlu kita tahu dalam konteks kriminalitas yakni bahwa, kriminalitas adalah bayang-bayang masyarakat. Potret masyarakat di sekeliling kita. Terkadang, ada hal-hal buruk yang sebetulnya ada dan muncul di lingkungan, kemudian tanpa sadar ditiru, demikian penjelasan Arif.
"Anak broken home nakal, belum tentu. Anak yang diasuh keluarga baik-baik akan jadi anak baik, itu juga belum tentu. Karena ada peristiwa yang bisa memengaruhi kita, demikian juga sebaliknya," terangnya, yang pernah dimutasi jadi Pamen Polda DIY itu.
Sejarah Yang Berulang Dengan Berciri Lokal
Fenomena adanya klitih, yang kemudian bergeser menjadi kejahatan jalanan, menjadi kriminalitas khas di Jogja. Tak jauh berbeda dengan geng motor di Bandung dan tawuran di Jakarta.
Baca Juga: Diduga Pelaku Klitih, 2 Remaja Digelandang ke Mapolsek Ngaglik
"Tapi seharusnya kita malu ya, berkali-kali diskusi [soal klitih] tapi tidak ada eksekusi," kelakarnya dalam forum.
Bila ingin menarik garis sejarah, kita perlu mengingat bahwa pada sekitar tahun 80-an, Jogja diwarnai dengan keberadaan 'gali' atau preman. Gali muncul karena pelakunya tak memiliki role model dan pendidikan yang baik di rumah.
Selanjutnya pada 1983 muncul Petrus, penembak misterius yang ditugaskan menumpas para gali tadi. Tujuannya, agar gali dan preman tak menjadi role model bagi anak-anak muda di masa itu, serta menjaga 'muka' aparat.
"Lalu pada 2000-an ada klitih. Jadi sejarah kekerasan itu berulang. Di Jogja, klitih yang sebetulnya jauh dari tindak kriminal, kemudian lewat dinamika psiko-sosial mengalami perluasan makna yang sifatnya peyoratif," sebutnya.
Sosiolog Kriminalitas Universitas Gadjah Mada Suprapto mengungkap, kendati melakukan kejahatan jalanan, remaja yang disebut pelaku klitih diketahui memiliki sejumlah kesepakatan. Misalnya tidak menyerang orang tua, tidak menyerang perempuan, tidak akan menyerang lelaki dan perempuan yang berboncengan.
"Kalau ada driver ojol diserang, ada perempuan diserang di jalanan, itu bukan mereka [remaja klitih]," imbuhnya.
Berita Terkait
-
Kelima Terdakwa Kasus Klitih Gedongkuning Divonis Bersalah, Jogja Police Watch Berikan Sejumlah Catatan Ini
-
Kabar Jogja Hari Ini: Siswa Meninggal usai Tertimpa Atap Sekolah di Gunungkidul, Tiga Terdakwa Klitih Divonis Bersalah
-
Divonis Bersalah, Sidang 3 Terdakwa Kasus Klitih Gedongkuning Berujung Rusuh!
-
Kecewa Putusan Majelis Hakim di Kasus Klitih Gedongkuning, Kuasa Hukum Andi Pertanyakan Hal Ini
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Sleman Porak-Poranda: 8 Luka-Luka Akibat Hujan Angin, Joglo Kos Roboh
-
DANA Kaget: Banjir Rezeki! Intip Trik Ampuh Klaim Saldo Gratis Hari Ini
-
Jogja 'Sumuk' Parah, BMKG Ungkap Biang Kerok Cuaca Panas Ekstrem
-
Rambu Siluman di Jalan Palagan? Ini Fakta Baru di Lokasi Kecelakaan Maut Mahasiswa UGM
-
Kecelakaan Maut BMW Sleman: Terdakwa Mengemudi Tanpa Kacamata, Ahli Mata Justru Bilang Begini