SuaraJogja.id - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Khamidah Yuliati menyebut bahwa kasus tuberkulosis (TB) sama seperti fenomena gunung es. Oleh sebab itu pemeriksaan harus digencarkan agar kasus TB dapat dieliminasi mendatang.
"TB seperti gunung es, di permukaannya sedikit tapi sebenarnya kontaknya mungkin sudah banyak. Apalagi kalau ketemu TB RO (resisten obat), kalau itu tidak segera terjaring itu begitu yang terpapar itu jadi TB RO juga pengobatannya jadi lebih susah," kata Yuli ditemui di Kantor Kalurahan Tamanmartani, Kamis (8/6/2023).
Oleh sebab itu, Dinkes Sleman mencanangkan mencanangkan inovasi program Sleman Sigap Kendali dan Atasi Tuberkulosis (SIKAT TB). Diharapkan dengan program ini proses screening kasus TB akan semakin cepat dan meluas.
"Kalau di SIKAT TB ini sebenarnya lebih banyak ke screeningnya. Supaya kalau misalnya dalam pencarian indeks investigasi kontaknya gak tercapai itu gunung esnya gak akan pernah tertangani," ucapnya.
Yuli mengatakan masyarakat tak perlu khawatir jika kemudian nanti ada banyak temuan kasus TB di Sleman. Hal itu justru menunjukkan investigasi kontak yang berjalan dengan baik.
Tentunya tidak hanya selesai dalam investigasi kontak kasus itu saja. Tetapi juga harus ditangani atau diobati hingga benar-benar sembuh.
"Kalau nanti angkanya tinggi ya gapapa dan itu juga harus tertangani, terobati bahkan sampai sembuh. Sementara yang kontak-kontak yang hasilnya positif itu juga harus diobati," tuturnya.
Berdasarkan dari Dinkes Sleman, sampai bulan Juni 2023 tambahan kasus TB di Bumi Sembada masih sekitar 885 kasus. Sedangkan Sleman sendiri mendapat estimasi kasus 3.809 dengan target penemuannya 3.508.
"Target nasional 90 persen indikator penemuan kasus. Saat ini baru dapat 885 kasus jadi baru 20 persenan," imbuhnya.
Baca Juga: Dinkes Sleman Catat Ada Peningkatan Perokok Pemula, Terutama Rokok Elektrik
Dinkes Sleman meminta masyarakat tak perlu takut untuk memeriksakan kesehatannya terkait dengan TB tersebut. Masyarakat juga tak perlu memberikan stigma dan diskriminasi kepada para penderita TB.
"Adanya stigma karena mereka bahwa penyakit tuberkulosis ini masih menjadi penyakit yang memalukan, menakutkan, dan sebagainya. Ini enggak perlu ditakuti lagi sekarang karena TB itu ada obatnya," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Cahya Purnama.
Justru, kata Cahya, kasus yang tidak diobati itu yang berbahaya. Sebab sangat berpotensi untuk bisa menularkan di lingkungan sekitarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Jogja Siaga Banjir, Peta Risiko Bencana Diperbarui, Daerah Ini Masuk Zona Merah
-
DANA Kaget untuk Warga Jogja: Buruan Klaim 'Amplop Digital' Ini!
-
Heboh Arca Agastya di Sleman: BPK Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Situs Candi
-
Gus Ipul Jamin Hak Wali Asuh SR: Honor & Insentif Sesuai Kinerja
-
Rp300 Triliun Diselamatkan, Tapi PLTN Jadi Korban? Nasib Energi Nuklir Indonesia di Ujung Tanduk