SuaraJogja.id - Harus diakui tidak banyak yang menyangka bahwa Women from Rote Island berhasil menyabet gelar sebagai Film Panjang Terbaik di ajang penghargaan Festival Film Indonesia atau Piala Citra 2023. Mengingat film besutan sutradara Jeremias Nyangoen ini belum terlalu luas hadir di tengah penonton Indonesia.
Itu yang kemudian memupuk rasa penasaran publik. Beruntungnya, setelah dinobatkan sebagai film panjang terbaik itu, Women from Rote Island bisa menyapa lagi para penonton di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2023.
Film yang tayang perdana di Busan International Film Festival 2023 lalu itu masuk dalam program Indonesian Screen Awards di JAFF kali ini. Antusiasme penonton pun terbukti dengan sudah ludesnya tiket untuk dua kali pemutarannya.
Dibuka dengan hiruk-pikuk rumah Orpa (Linda Adoe) yang tengah diselimuti suasana duka seusai sang suami meninggal dunia. Orpa kini harus mengurus tiga orang anak perempuannya sendirian.
Kisahnya semakin kompleks ketika Orpa tidak hanya hidup sebagai ibu tunggal tapi juga harus berhadapan dengan berbagai diskriminasi terkait dirinya sebagai perempuan.
Tak hanya itu, Orpa juga harus berjuang melawan tradisi yang memberikan stigma bahwa kaum perempuan akan selalu dipandang sebagai gender kelas dua dalam lingkungan masyarakat. Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk menjaga dirinya sendiri serta anak-anaknya dari tindak kekerasan.
Seolah tak ingin menyia-nyiakan potensi Pulau Rote, lanskap keindahan alam dihadirkan dalam frame demi frame. Tak lupa dengan seluruh tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakatnya.
Namun film ini seolah menjadi pernyataan bahwa di balik keindahan Pulau Rote tersimpan banyak persoalan rumit yang tak terlihat. Betapa keras dan mengerikan kehidupan di sana yang jika dilihat lebih jauh akan terasa begitu kontras dengan keindahan alam serta sumber daya yang dimiliki.
"Kenapa Rote? Rote sangat indah tapi di dalam keindahan itu penuh dengan persoalan, seperti Indonesia ini," kata Jeremias saat sesi tanya jawab usai pemutaran di JAFF, Rabu (29/11/2023).
Baca Juga: Menjelajahi Mitos dan Petualangan Pubertas Remaja Perempuan di Malaysia Lewat Film Tiger Stripes
Ada banyak isu yang disoroti dalam Women from Rote Island. Mulai dari tenaga kerja ilegal di luar negeri hingga kekerasan seksual di balik eksotisme Pulau Rote.
Jeremias mengatakan memerlukan riset panjang dalam menulis skrip film ini. Diakuinya hampir semua yang tertuang dalam film merupakan adat istiadat asli di daerah itu. Hanya ada satu adegan yang itu kemudian bersifat personal namun memberi kesan tersendiri dalam kisah tersebut.
Ia tak secara gamblang menyebut kisah dalam Women from Rote Island merupakan kisah nyata. Jeremias hanya mengatakan bahwa secara keseluruhan itu adalah dua cerita yang digabung menjadi satu.
"Riset panjang sekali, penulisan skrip sendiri sekitar 1 tahun 8 bulan. Ini sebenarnya ada 2 cerita yang dijadikan satu. Saya tidak berani mengatakan ini true story, pernah terjadi gak? Terjadi. Karena dua cerita yang dijadikan satu. Saya tidak berani mengatakan bahwa itu true story karena ada pertanggungjawaban lain yang harus saya lakukan sebagai penulis," ungkapnya.
Kasus-kasus yang ditampilkan dalam film pun, kata Jeremias, baru secuil kengerian saja. Berdasarkan riset yang dilakukannya, kasus pembunuhan dan pelecehan seksual memiliki prosentase sangat tinggi di Rote.
"Sesungguhnya lebih mengerikan lagi," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Pakar Soroti Peluang Kerja Luar Negeri, Kabar Gembira atau Cermin Gagalnya Ciptakan Loker?
-
Menko Airlangga Sentil Bandara YIA Masih Lengang: Kapasitas 20 Juta, Baru Terisi 4 Juta
-
Wisatawan Kena Scam Pemandu Wisata Palsu, Keraton Jogja Angkat Bicara
-
Forum Driver Ojol Yogyakarta Bertolak ke Jakarta Ikuti Aksi Nasional 20 November
-
Riset Harus Turun ke Masyarakat: Kolaborasi Indonesia-Australia Genjot Inovasi Hadapi Krisis Iklim