SuaraJogja.id - Tidak menentunya harga gula pasir di pasaran membuat produksi gula lokal dari Pabrik Gula Madukismo saat ini mengalami penurunan. Ditambah kebijakan pemerintah dalam mengimpor gula disaat harga melambung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang akhirnya semakin merusak harga gula pasir lokal.
"Tidak menentunya harga gula pasir membuat kami akhirnya tak hanya memproduksi gula tapi juga produk lain sepeti pupuk hayati," ujar Kepala Unit Alkohol dan Pupuk PT Madu Baru yang mengelola Pabrik Gula Madukismo di Yogyakarta, Iwantoro Kamis (11/7/2024).
Dijelaskan Iwantoro, penurunan produksi gula sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Kalau dulu Madukismo bisa mengolah tebu minimal 4-5 juta kuintal atau sekitar 400-500 ton per tahun, sejak 2 atau 3 tahun terakhir hanya menghasilkan sekitar 300-320 ton per tahun atau turun 20 persen lebih.
Harga gula pasir yang diproduksi Madukismo beberapa waktu terakhir sebesar Rp 14.500 per kg. Namun di tingkat ritel bisa mencapai Rp 16.000 hingga Rp 19.000 per kg.
Namun tingginya harga gula pasir tersebut tak menaikkan produksi gula pasir di Madukismo. Sebab pemerintah lebih memilih opsi impor alih-alih meningkatkan produksi gula lokal di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut.
Karenanya Madukismo mencoba mengolah limbah olahan tebu menjadi pupuk organik hayati majemuk yang diberi nama Pucamadu. Pupuk ini bisa dimanfaatkan petani untuk menggemburkan tanah dan menaikkan pH tanah yang saat ini terlalu asam dan sulit untuk menumbuhkan tanaman pangan.
Pucamadu yang dihasilkan Madukismo per harinya bisa mencapai 21 ribu liter. Jumlah ini diperoleh dari limbah olahan tebu yang dibuat dalam tiga shift per harinya.
"Pabrik ini kan beroperasi 24 jam yang terbagi dalam tiga shift per harinya. Satu shift atau sekitar 8 jam kami bisa hasilkan sekitar 7 ribu liter pupuk hayati ini," jelasnya.
Pupuk yang diproduksi saat ini banyak dipasarkan di berbagai daerah, seperti Jawa Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bali, Sulawesi Selatan dan lainnya. Inovasi ini nampaknya cukup berhasil karena pada omzetnya bisa mencapai Rp 15 miliar.
Baca Juga: Angka Kriminalitas di DIY Menurun, Kapolda DIY Beberkan Penyebabnya
"Kami menjual pupuk ini sekitar Rp 72 ribu per liter saat ini," jelasnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Tren Gaya Hidup Sehat Kian Digemari, BRI Berdayakan UMKM Manfaatkan Peluang di Industri Gula Aren
-
Produksi Rokok Terus Alami Penurunan 10 Persen, Ini Biang Keroknya
-
BPS Catat Kenaikan Signifikan Produksi Beras Nasional di Paruh Pertama 2025
-
Produksi Migas PHE Triwulan I 2025 Capai 1,04 Juta Barel Setara Minyak per Hari: Kinerja Positif
-
Rahasia Nasi Rendah Gula Terungkap: Tetap Nikmat, Gula Darah Aman
Terpopuler
- Selamat Tinggal Denny Landzaat, Bisa Cabut dari Patrick Kluivert
- Selamat Datang Pascal Struijk di Timnas Indonesia, Ini Bisa Bikin China Ketar-ketir
- 5 Motor Bekas Murah Harga Rp2 Jutaan: Semurah Sepeda Listrik, Mesin Bandel
- CEK FAKTA: Link Rekrutmen Koperasi Desa Merah Putih, Gaji Capai Rp8 Juta
- 7 Rekomendasi Sunscreen Korea Terbaik Dunia, Tersedia di Indonesia
Pilihan
-
Dilepeh Ajax, Simon Tahamata Kirim Sinyal Mau Jadi Dirtek Timnas Indonesia?
-
Tunda Pesta Juara Persib! Malut United Bongkar Cara Jinakkan Maung Bandung
-
Bali Blackout, Update Terkini Listrik di Pulau Dewata Padam
-
Sekolah Perintis Peradaban Magelang: Mengajar Anak Menjadi Tuan atas Diri Sendiri
-
Prabowo Bakal Kenakan Tarif Pajak Tinggi Buat Orang Kaya RI
Terkini
-
Tangkal Kawung Hadirkan Gula Aren Kekinian dalam Bentuk Bubuk dan Cair
-
Kantor Wakil Rakyat Dikunci, Aspirasi Pendidikan Terkunci? Hardiknas Berujung Ricuh di Yogyakarta
-
Kasus Mbah Tupon: Polda DIY Profiling 5 Terlapor Sengketa Tanah, Ada Notaris
-
BUKP Kulonprogo Krisis, Nasabah Panik Tarik Dana, Pemda DIY Janjikan Solusi Ini
-
Pemeriksaan Saksi Kasus Dugaan Mafia Tanah Mbah Tupon Bertambah, Polda DIY Periksa 11 Orang