SuaraJogja.id - Kemarau berkepanjangan yang terjadi di DIY mengakibatkan 502 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan. Berdasarkan data UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) DIY hingga pertengahan Juli 2024, tercatat ada 367 hektar lahan padi, 135 hektare lahan jagung dan tanaman kacang tanah yang terdampak kekeringan di sejumlah kabupaten
"Lahan pertanian yang terdampak akibat kemarau berkepanjangan sejak akhir Mei lalu sampai awal Agustus," papar Kepala UPTD BPTP DIY, Suharto Budiyono di Yogyakarta, Selasa (6/8/2024).
Menurut Suharto, ratusan hektar lahan pertanian yang mengalami kekeringan saat ini paling banyak tersebar di Gunungkidul. Hal ini terjadi karena pertanian di wilayah tersebut merupakan tadah hujan yang rentan kekeringan.
Di Gunungkidul, lahan pertanian yang terdampak kekeringan antara lain di Gedangsari, Semin, Ngawen, Ponjong, Nglipar, Patuk, Semanu dan Karangmojo. Di Bantul, kekeringan terjadi di Dlingo sedangkan di Kulon Progo tercatat kekeringan masih dalam kategori ringan. Karenanya Pemda DIY mulai awal Agustus 2024 ini sudah menetapkan Siaga Darurat Kekeringan.
"Daerah lain juga ada seperti di Bantul dan Kulon Progo tapi sifatnya masih ringan," jelasnya.
Suharto menambahkan, di Sleman, Bantul dan Kulon Progo ada sejumlah embung yang membantu mengairi lahan pertanian. Dengan demikian dampak kekeringan tidak terlalu signifikan bila dibandingkan Gunungkidul.
Kekeringan terjadi pada komoditas pertanian yang ditanam pada musim tanam ketiga awal Mei 2024 lalu. Petani salah perhitungan karena awalnya mereka berspekulasi curah hujan masih turun namun pada akhir Mei 2023 lalu hujan tak lagi turun.
"Pas menanam masih ada hujan, kemudian pada fase vegetatif sudah tidak ada hujan yang turun. Jangankan untuk lahan pertanian, kebutuhan masyarakat saja kurang untuk air bersih," jelasnya.
Terkait modifikasi cuaca yang akan dilakukan Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DIY, kemungkinan hal itu hanya bisa menanggulangi sementara dampak kekeringan. Sebab dampaknya tidak terlalu signifikan.
Sumur bor dan keberadaan embung justru menjadi solusi yang paling tepat untuk lahan terdampak kekeringan. Namun harus diperhatikan ada tidaknya cekungan.
"Kalau embung yang ada mata air kan lebih enak dibandingkan embung yang cuma mengandalkan curah hujan," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Dari Barista Jadi Dukuh: Kisah Sito Apri Memimpin Kampungnya di Usia 20 Tahun
-
Selamat Tinggal Kumuh? Yogyakarta Benahi Jalan Tentara Pelajar Demi Wajah Kota yang Lebih Tertib
-
4 Link DANA Kaget Aktif, Peluang Dapat Saldo Gratis Tanpa Ribet di Sini
-
Jangan Sampai Salah Arah! Ini Rute Baru Menuju Parkir Pasar Godean Setelah Relokasi
-
Rusunawa Gunungkidul Sepi Peminat? Ini Alasan Pemkab Tunda Pembangunan Baru