Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 06 Agustus 2024 | 19:48 WIB
Ilustrasi kekeringan akibat El Nino. (Dok: Kementan)

SuaraJogja.id - Kemarau berkepanjangan yang terjadi di DIY mengakibatkan 502 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan. Berdasarkan data UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) DIY hingga pertengahan Juli 2024, tercatat ada 367 hektar lahan padi, 135 hektare lahan jagung dan tanaman kacang tanah yang terdampak kekeringan di sejumlah kabupaten

"Lahan pertanian yang terdampak akibat kemarau berkepanjangan sejak akhir Mei lalu sampai awal Agustus," papar Kepala UPTD BPTP DIY, Suharto Budiyono di Yogyakarta, Selasa (6/8/2024).

Menurut Suharto, ratusan hektar lahan pertanian yang mengalami kekeringan saat ini paling banyak tersebar di Gunungkidul. Hal ini terjadi karena pertanian di wilayah tersebut merupakan tadah hujan yang rentan kekeringan.

Di Gunungkidul, lahan pertanian yang terdampak kekeringan antara lain di Gedangsari, Semin, Ngawen, Ponjong, Nglipar, Patuk, Semanu dan Karangmojo. Di Bantul, kekeringan terjadi di Dlingo sedangkan di Kulon Progo tercatat kekeringan masih dalam kategori ringan. Karenanya Pemda DIY mulai awal Agustus 2024 ini sudah menetapkan Siaga Darurat Kekeringan.

Baca Juga: Sleman Relokasi SD Negeri Nglarang yang Terdampak Tol, Administrasi Lahan dan Desain Bangunan Baru Berproses

"Daerah lain juga ada seperti di Bantul dan Kulon Progo tapi sifatnya masih ringan," jelasnya.

Suharto menambahkan, di Sleman, Bantul dan Kulon Progo ada sejumlah embung yang membantu mengairi lahan pertanian. Dengan demikian dampak kekeringan tidak terlalu signifikan bila dibandingkan Gunungkidul.

Kekeringan terjadi pada komoditas pertanian yang ditanam pada musim tanam ketiga awal Mei 2024 lalu. Petani salah perhitungan karena awalnya mereka berspekulasi curah hujan masih turun namun pada akhir Mei 2023 lalu hujan tak lagi turun.

"Pas menanam masih ada hujan, kemudian pada fase vegetatif sudah tidak ada hujan yang turun. Jangankan untuk lahan pertanian, kebutuhan masyarakat saja kurang untuk air bersih," jelasnya.

Terkait modifikasi cuaca yang akan dilakukan Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DIY, kemungkinan hal itu hanya bisa menanggulangi sementara dampak kekeringan. Sebab dampaknya tidak terlalu signifikan.

Baca Juga: Viral Diberitakan Hidup Susah, Veteran Asal Gunungkidul Mbah Sarno Curi Perhatian Presiden Jokowi

Sumur bor dan keberadaan embung justru menjadi solusi yang paling tepat untuk lahan terdampak kekeringan. Namun harus diperhatikan ada tidaknya cekungan.

"Kalau embung yang ada mata air kan lebih enak dibandingkan embung yang cuma mengandalkan curah hujan," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More