Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 25 Agustus 2024 | 13:25 WIB
Dosen UGM sekaligus Direktur Eksekutif GSM, Muhammad Nur Rizal. [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Platform Merdeka Mengajar (PPM) yang digulirkan Kemendikbudristek RI untuk membantu guru mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dimungkinkan tak berjalan lancar. Sebab seringkali para guru menganggapnya sebagai beban administratif.

"Masih banyak guru yang memandang PPM sebagai beban administratif. Padahal, ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri mereka," ujar Dosen UGM sekaligus Direktur Eksekutif Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal dalam Ng(K)ji Pendidikan bertajuk 'Menemukan Kembali Indonesia' di Yogyakarta, Sabtu (24/8/2024).

Alih-alih beban, mestinya PPM mendorong guru untuk mengemas pembelajaran yang merangsang daya nalar, kritis, dan imajinasi siswa. Jika guru memahami esensi PPM, maka mereka akan menyadari program tersebut bertujuan untuk membangun proses pembelajaran yang lebih bermakna.

Menurut Rizal, kunci utama dalam mengimplementasikan PPM adalah perubahan mindset. Apalagi PPM merupakan bagian penting dari upaya membangun narasi baru Indonesia. 

Baca Juga: Kementan Siapkan 1,5 Juta Hektare Lahan Sapi Perah Dukung Susu Gratis

"Kita ingin menanamkan jiwa kebangsaan yang kuat, bukan sekadar menghafal kurikulum," tandasnya.

Rizal menyebutkan, untuk bisa memahami penerapan PPM, banyak guru yang rela mengeluarkan biaya pribadi untuk mengikuti pelatihan PPM dalam rangka meningkatkan kompetensi mereka dalam hal transfer ilmu pengetahuan pada peserta didik. Sebab banyak guru yang masih belum melek teknologi.

Karenanya PPM mestinya dipahami sebagai alat. Yang tak kalah penting guru memahami esensi pendidikan adalah memanusiakan manusia. 

"Ini menunjukkan bahwa banyak guru sebenarnya sudah memiliki niat dan rasa yang kuat untuk berkembang. PPM hanyalah alat. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan potensi setiap anak didik kita," tandasnya.

Rizal menambahkan, saat ini Indonesia perlu membangun narasi baru pendidikan yang tidak sekadar menjadi konten kurikulum, tetapi juga menjadi semangat dan jiwa bangsa. Hal ini memungkinkan karena Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci di tingkat global dalam beberapa sektor. 

Baca Juga: Soroti Potensi Gempa Megathrust di Indonesia, Pakar UGM Tekankan Hal Ini

"Indonesia bisa menjadi pusat dunia sumber energi terbarukan, laboratorium pengendalian iklim dunia, sumber teknologi pangan dan obat-obatan hayati, serta pusat pluralisme budaya," jelasnya.

Namun, Rizal menekankan bahwa potensi ini belum sepenuhnya terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional. Karenanya para guru diharapkan menjadi agen perubahan dalam menarasikan ulang sejarah dan potensi Indonesia.

"Guru harus menjadi intelektual di ruang-ruang kelas, tidak hanya sibuk dengan administrasi," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More