SuaraJogja.id - Wabah antraks kembali mengancam wilayah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Puluhan ternak dilaporkan mati mendadak di perbatasan Gunungkidul–Jawa Tengah, tepatnya di Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo dan Bohol, Kapanewon Rongkop.
Ironisnya, sebagian bangkai ternak diduga sempat disembelih dan dagingnya dijual, sehingga berpotensi menyebarkan spora antraks lebih luas.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti, mengonfirmasi bahwa kasus antraks telah muncul sejak Februari hingga Maret 2025, dengan total sekitar 20 ekor ternak mati.
Berbagai kendala mengakibatkan pemkab kesulitan menekan penyebaran antraks.
"Persoalannya, banyak pemilik yang tetap menyembelih hewan walaupun sudah mati, lalu menjual dagingnya. Mereka khawatir tidak ada pembeli jika tahu hewan mati mendadak. Padahal ini sangat berisiko menularkan penyakit," ungkapnya, Selasa (8/4/2025).
Tiga Warga Terpapar Antraks
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, membenarkan adanya penularan antraks ke manusia. Hingga kini, tiga warga dinyatakan positif, dan dua lainnya masuk kategori suspek.
"Laporan kasus antraks pada manusia muncul dari wilayah Rongkop dan Girisubo," jelas Ismono.
Baca Juga: Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada
Ia merinci langkah-langkah yang telah diambil untuk mengendalikan penyebaran antraks pada manusia, antara lain penyelidikan epidemiologi dan skrining pada populasi berisiko.
Kedua pemeriksaan spesimen pada suspek bergejala, selanjutnya edukasi masyarakat tentang risiko penularan dan penanganannya dan pemantauan selama dua kali masa inkubasi (maksimal 60 hari) untuk deteksi dini kasus baru dan Pemberian profilaksis (obat pencegahan) dan pengawasan konsumsi obat bagi populasi rentan.
Dinas Kesehatan juga telah berkoordinasi lintas sektor dengan Dinas Peternakan, pemerintah kapanewon, dan pihak kalurahan dalam penanganan menyeluruh.
Menurutnya, Wabah antraks ini menjadi peringatan penting bagi warga agar tidak menyembelih atau mengonsumsi daging dari ternak yang mati mendadak.
"Pemerintah daerah berharap masyarakat lebih waspada dan mematuhi imbauan agar wabah tidak meluas," ujarnya.
Sebelumnya dalam salah satu kasus, seekor sapi disembelih di kandang lalu dagingnya dipikul sejauh satu kilometer, sehingga diduga menyebabkan penyebaran spora antraks di lingkungan sekitar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dulu Dicibir, Keputusan Elkan Baggott Tolak Timnas Indonesia Kini Banjir Pujian
- Lupakan Vario! 5 Rekomendasi Motor Gagah Harganya Jauh Lebih Murah, Tenaganya Bikin Ketagihan
- Pemain Keturunan Rp52,14 Miliar Follow Timnas Indonesia: Saya Sudah Bicara dengan Pelatih Kepala
- Sedan Bekas Tahun Muda Mulai Rp 70 Juta, Ini 5 Pilihan Irit dan Nyaman untuk Harian
- Pemain Keturunan Palembang Salip Mauro Zijlstra Gabung Timnas Indonesia, Belum Punya Paspor RI
Pilihan
-
Ole Romeny Jalani Operasi, Gelandang Arema FC Pilih Tutup Komentar di Instagram
-
Pengusaha Lokal Bisa Gigit Jari, Barang Impor AS Bakal Banjiri Pasar RI
-
BREAKING NEWS! Satoru Mochizuki Dikabarkan Dipecat dari Timnas Putri Indonesia
-
Tarif Trump 19 Persen Bikin Emiten Udang Kaesang Makin Merana
-
Memanas! Penggugat Wanprestasi Mobil Esemka Pertanyakan Bukti Video PT SMK
Terkini
-
'Proyek Coba-Coba?' Sekolah Rakyat Yogyakarta Tuai Kritik, DPRD DIY Ungkap Kekurangan Fatal
-
Waspada Kemarau Basah: Jangan Kaget Jika Harga Cabai dan Bawang Merah Melonjak
-
Demi Tol Solo-YIA, 289 Makam Dipindah dalam 4 Hari, Ini Lokasi Barunya
-
15 Tahun Penjara Menanti, Pengedar Uang Palsu di Sleman Tertangkap, Modusnya Bikin Geleng Kepala
-
Update Kasus Pengerusakan Mobil Patroli Godean: Polisi Ungkap Identitas dan Peran 2 Tersangka Baru