Budi Arista Romadhoni
Rabu, 08 Oktober 2025 | 19:54 WIB
Dirjen Riset dan Pengembangan Kemendiktisainstek Fauzan Adziman menyampaikan paparannya di Yogyakarta, Rabu (8/10/2025).[Suara.com/Putu Ayu Palupi]
Baca 10 detik
  • Pemerintah Prabowo siapkan dana Rp200 T via Himbara untuk perkuat sektor riil lewat inovasi.
  • Kampus di Yogyakarta ditantang menjadi 'problem solver' bagi masalah industri nasional.
  • Skema baru ini membuat riset kampus dinilai perbankan agar layak dibiayai oleh industri.

SuaraJogja.id - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menggulirkan skema baru untuk mengakselerasi pertumbuhan sektor riil dengan dana jumbo mencapai Rp200 triliun.

Namun, dana yang disalurkan dari Bank Indonesia ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) itu tidak akan cair begitu saja. Ada syarat khusus: perguruan tinggi, khususnya di Yogyakarta, harus mampu menjadi pusat solusi dan inovasi bagi industri.

Kebijakan ini mengubah paradigma lama di mana hasil riset kampus seringkali hanya berakhir sebagai publikasi akademik.

Kini, pemerintah menantang dunia akademisi untuk terjun langsung memecahkan masalah nyata di lapangan, menjadikan riset mereka bernilai ekonomis dan bankable.

"Ini sebagai upaya memperkuat peran riset dan teknologi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," papar Dirjen Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Fauzan Adziman, di hadapan perwakilan 100 lebih perguruan tinggi dalam Saresehan L2Dikti Wilayah V DIY di Yogyakarta, Rabu (8/10/2025).

Menurut Fauzan, Yogyakarta sebagai kota pelajar dan pusat riset diharapkan menjadi motor penggerak utama. Kampus-kampus dituntut untuk berkolaborasi dengan perbankan guna mencari strategi penguatan ekonomi di sektor-sektor strategis seperti kesehatan, energi, digitalisasi, hilirisasi industri, pertahanan, serta material manufaktur.

Keterlibatan aktif kampus dinilai krusial untuk memutus rantai ketergantungan Indonesia pada produk impor dan teknologi dari luar negeri.

"Yang kita butuhkan adalah peningkatan daya saing produk asal Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor. Riset-riset itu juga harus bisa menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat," tandasnya.

Skema Unik: Riset Dinilai Bank, Bukan Sekadar Kredit

Baca Juga: Dari Lorong Sempit Jadi Ladang Rezeki: Kisah Emak-Emak Rejosari Ubah Kampung Jadi Produktif di Jogja

Fauzan menegaskan bahwa skema penyaluran dana Rp200 triliun ini tidak akan berbentuk kredit lunak yang disalurkan langsung ke kampus. Mekanismenya lebih berorientasi pada hasil.

Produk atau inovasi unggulan dari perguruan tinggi akan dikurasi dan dievaluasi oleh para pakar profesional di bank-bank Himbara.

Ketika sebuah paten atau hasil penelitian dinilai memiliki valuasi tinggi dan potensi komersial yang kuat, industri akan lebih percaya diri untuk masuk dan bermitra.

Pada tahap inilah pembiayaan dari perbankan akan mengalir, memastikan dana jumbo tersebut tepat sasaran dan berdampak signifikan.

"Kita tidak ingin serta merta langsung dalam bentuk kredit, tapi kita mulai dari peningkatan nilai produk melalui paten dan hasil penelitian. Harapannya, dana Rp200 triliun ini bisa memperkuat ekosistem inovasi di kampus," ungkap Fauzan.

Dengan kata lain, kampus didorong menjadi 'problem solver'. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi bahkan telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Investasi agar setiap masalah yang dihadapi industri dapat langsung dicarikan solusinya di menara gading.

Load More