SuaraJogja.id - Insiden unik terjadi saat Cawapres nomor urut 2 Sandiaga Uno meresmikan Rumah Siap Kerja di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).
Saat itu, mahasiswi bernama Vincentia tiffani membuat gempar karena nekat mengajukan diri untuk dijadikan istri kedua bagi Sandiaga Uno.
"Boleh enggak pak, kalau saya jadi istri kedua bapak?" tanya Tiffani dalam sesi tanya jawab.
Sandiaga menjawab pertanyaan tersebut. Sembari tertawa, ia mengatakan, "Daripada bermasalah di rumah, daripada bengap nanti pulang..." ujar dia, terputus.
Baca Juga:Simpan Sabu 20 Kilogram di Karung Kopi, 2 Pedagang Dibekuk
Belum selesai Sandiaga menjawab, Tiffani menyela, ”Nanti di rumah saya tak apa-apa kok pak.”
Sandiaga tak memedulikan celetukan Tiffani. Ia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Tiffani.
"Daripada dipukul Emak Nur (Asia; istrinya). Tiba-tiba disuruh, dikunciin enggak boleh masuk lagi ke rumah, dipukulin pakai gagang sapu, Tiffani, terima kasih pertanyaannya,” kata Sandiaga menyudahi.
Seusai acara, kepada Suara.com, Tiffani mengatakan menyadari kemungkinan mendapat risiko setelah mengungkapkan keinginan menjadi istri kedua kepada Sandiaga.
Namun, Tiffani menegaskan tak gentar menghadapi risiko terburuk kalau itu demi kebahagiaan dirinya.
Baca Juga:Resmi Ditahan KPK, Ini Penampakan Wisnu Kuncoro Direktur Krakatau Steel
"Ya pasti kalau warganet sih sukanya 'menyerang' (merisak; bully) ya. Tapi kan itu kebahagiaan buat diri saya sendiri ya," kata Tiffani di Ngentak, Sinduharjo, Sleman.
Tiffani menuturkan serius terhadap niatnya menjadi istri kedua kalau Sandiaga Uno mau. Tapi, ia menyadari Sandiaga yang memunyai hak memutuskan.
"Ya kalau dapat kenapa enggak ya kan. Bersyukur lah," kata dia.
Model dan penyiar radio itu mengakui telah lama mengagumi Sandiaga. Selain wajahnya yang tampan, ia juga menyukai postur tubuh, persona, dan program-program kerja Sandiaga.
Kalau benar-benar dipersunting Sandiaga, Tiffani ingin pernikahan itu dipenuhi kebahagiaan. Sebaliknya, kalau Sandiaga tak merasa bahagia, maka ’lamarannya’ tak perlu diseriusi.
Kontributor : Sri Handayani