SuaraJogja.id - Gunung Merapi kembali melontarkan awan panas sejauh 1,5 kilometer, Jumat (20/9/2019) petang.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tehnologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat luncuran awan panas tersebut mengarah ke hulu Kali Gendol dengan amplitudo maksimal 75 mm dan berdurasi 150 detik.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida mengatakan peristiwa guguran awan panas tersebut adalah peristiwa lazim dalam siklus aktivitas Gunung Merapi. Dia juga mengatakan jumlah intensitas dari guguran awan panas itu masih relatif rendah.
"Iya masih fluktuatif ya, tetapi masih dalam intensitas yang relatif rendah,"ujarnya, Jum'at (20/9/2019) saat dikonfirmasi.
Baca Juga:Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas, Warga Diimbau Jauhi Radius 3 KM
Menurut Hanik, Gunung Merapi masih dalam fase luncuran lava pijar dan awan panas tetapi masih dalam jarak jangkau yang kurang dari 2 kilometer. Sementara dari jumlah seismografnya masih relatif rendah.
Hanik mengakui jika status waspada yang kini sudah berlangsung merupakan status terpanjang atau kurun waktunya terlama. Namun, Hanik mengungkapkan jika peristiwa seperti ini pernah terjadi pada tahun 1990-an atau tepatnya sekitar tahun 1992.
"Lantaran ini panjang jadi memang ini fase apa ya setelah erupsi besar. Jadi kan mereka itu keluarnya relatif kecillah," kata Hanik.
BPPTKG sendiri mengaku tidak bisa memprediksi sampai kapan level waspada tersebut akan diberlakukan. Pihaknya mengaku akan mengikuti perkembangan data aktivitas Merapi. Namun, dia memastikan, jika aktivitas Merapi tidak terpengaruh dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Hanik menjelaskan keluarnya lava pijar ataupun juga luncuran awan panas tersebut sebenarnya merupakan hasil aktivitas dari dalam. Hal ini menunjukkan karena memang masih ada aktivitas tetapi itu juga tidak ada kenaikan yang signifikan dan aktivitas itu masih relatif kecil.
Baca Juga:BPPTKG: Pertumbuhan Kubah Lava Gunung Merapi Masih Stabil
"Yang artinya ya memang kami ikuti saja perkembangan aktivitas Merapinya," katanya.
- 1
- 2