Nasib TKI Asal Sleman: Kabur dari Pekerjaan Hingga Cedera Tempurung Kepala

Budi terbata-bata mengisahkan, sebetulnya gaji di kapal penangkap ikan itu memberikan hasil yang lumayan baginya.

Chandra Iswinarno
Rabu, 30 Oktober 2019 | 04:05 WIB
Nasib TKI Asal Sleman: Kabur dari Pekerjaan Hingga Cedera Tempurung Kepala
Kepala BP3TKI saat menjenguk dan memberikan santunan kepada Budi Prabowo, TKI yang alami kecelakaan di Taiwan, di kediaman Budi. [Suara.com/Uli Febriarni]

SuaraJogja.id - Budi Prabowo, TKI asal Sleman yang nahas ditimpa kecelakaan saat bekerja di Taiwan, hanya bisa pasrah berbaring di atas kasur lantaran mengalami kecelakaan kerja di luar negeri. Budi sendiri mengaku kabur dari tempat kerja lama karena tidak kuat dengan tekanan kerja.

Pada Selasa (29/10/2019) sore, rumah berkelir biru di salah satu sisi Dusun Pedak, Desa Sinduharjo itu nampak sepi dari luar. Terpampang spanduk sederhana bertuliskan penjahit "Bu Is", di tempat itulah Budi tinggal bersama sang istri, Ismiyati.

Begitu memasuki lewat pintu yang terbuka lebar di depan rumah, nampak Ismiyati, si empunya rumah sedang menyelesaikan hidangan yang sedang ia masak di ruangan kecil, dapurnya. Melihat kedatangan kontributor Suara.com, Ismiyati menyapa ramah, senyumnya lebar.

Budi Purwanto sedang berada di ruang tengah bersama Firmansyah yang asik bermain game telepon genggam.

Baca Juga:TKI Sopir Bus di Arab Saudi beberkan Denda Tilang, Lebih Besar dari Gajinya

"Kaptennya itu loh, dia (Budi) kerja ditekan. Kerja di kapal ikan itu membuat bapak kurang tidur, tidurnya hanya empat jam sehari. Makanya kabur," ujar Ismiyati, sembari membenahi pakaian suaminya. Budi yang berada di atas kasur mengangguk.

Budi terbata-bata mengisahkan, sebetulnya gaji di kapal penangkap ikan itu memberikan hasil yang lumayan baginya. Walaupun sesekali, ia dan teman-temannya saling bantu, saling pinjam-meminjam uang untuk kebutuhan selama di rantau.

Tiga tahun bekerja, baginya menjadi sebuah pengalaman yang ternilai harganya, walaupun kemudian dalam perjalanannya harus ia bayar dengan kondisi yang sedemikian berat.

Di perantauan, Budi bersama pekerja lain tinggal di asrama. Kalau makan, mereka membeli makan di luar dan makan bersama.

"(Melepas kangen dengan keluarga) telepon-teleponan sehabis maghrib," kata dia.

Baca Juga:Nusron Wahid: BNP2TKI Komitmen Perjuangkan Nasib TKI

Selama ditinggal suaminya bekerja di Taiwan, Ismiyati tak hanya menunggu kiriman. Tetapi, juga memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menerima jahitan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak