Dipulangkan dari Malaysia, Tata Takut Ditolak Warga

"Awalnya senang bisa pulang ke Indonesia, namun mendekati hari H kami malah khawatir nanti akan ditolak oleh masyarakat," tuturnya.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Jum'at, 17 April 2020 | 06:51 WIB
Dipulangkan dari Malaysia, Tata Takut Ditolak Warga
Calon penumpang kereta menunggu keberangkatan di Stasiun Pasar Senen, Jakarta (29/5). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

SuaraJogja.id - Seorang mahasiswa perguruan tinggi di Bantul, Tata, bersama 12 orang rekannya, terpaksa menghentikan program magang yang sedang diikuti akibat pandemi corona yang menyerang dunia internasional.

Ia bersama dengan rekannya sejatinya tengah menjalani program magang yang dijadwalkan berlangsung selama enam bulan di salah satu hotel di Malaysia. Namun, akibat merebaknya wabah corona, yang menyerang seluruh negara, hotel tempatnya magang berhenti beroperasi dan ia terpaksa pulang ke tanah air.

"Aku magang seharusnya enam bulan, tapi baru empat setengah bulan terus ada corona ini," kata Tata saat dihubungi SuaraJogja.id, Kamis (16/4/2020).

Tata bercerita, sejak adanya kasus positif COVID-19 di Malaysia, hotel tempatnya magang mengalami penurunan pengunjung. Bahkan, meski banyak promo dan kegiatan yang ditawarkan, tetapi jumlah pengunjung terus menurun.

Baca Juga:Komunitas Penumpang Desak KRL Tetap Beroperasi saat Jabodetabek PSBB

Sebelum dipulangkan ke Indonesia, Tata mengaku, selama sebulan terakhir di Malaysia tidak memiliki kegiatan dan hanya tinggal di asrama. Ia kali terakhir mengunjungi hotel pada pertengahan Maret lalu.

"Beruntung kita masih dikasih makan sama pihak hotel. Selama bulan Maret masih nerima gaji utuh," tutur Tata.

Setelah tidak bekerja selama satu bulan, Tata kemudian dipanggil oleh pihak hotel dan dikabarkan akan dipulangkan ke Indonesia. Menurut penuturannya, pihak hotel khawatir tidak bisa menjamin kehidupan karyawan magang akibat kondisi hotel yang tidak beroperasi.

Mereka juga khawatir jika karantina wilayah Malaysia diperpanjang, karyawan magang justru akan terjebak di Malaysia tanpa jaminan hidup. Pihak hotel pun meminta Tata dan rekan-rekannya bersiap karena mereka akan dipulangkan menggunakan kapal.

Tata mengatakan bahwa seharusnya ia dipulangkan dengan pesawat terbang. Namun, ia akhirnya pulang menggunakan kapal karena proses perizinan yang cukup rumit, mengingat situasi karantina wilayah di berbagai negara.

Baca Juga:Usai Pandemi Kemana? 6 Alasan Tanjung Lesung Jadi Rekomendasi

Pada 5 April, pihak hotel menyampaikan kabar bahwa mereka akan dipulangkan dalam dua hari menggunakan kapal melalui Batam. Tata mengatakan, seluruh pegawai dari luar negeri dipulangkan ke negara asalnya masing-masing.

"Kebanyakan di sana pekerja dari luar, mereka semua dipulangkan ke negaranya. Kabarnya sekarang, pegawai yang asli dari Malaysia juga dirumahkan selama tiga bulan," kata Tata.

Ia mengaku menjalani prosedur pemeriksaan yang ketat dalam proses pemulangannya. Selain wajib mengenakan masker, ia juga selalu diperiksa suhu badannya.

Karena pulang bersama rombongan, Tata mengatakan, ia sempat diminta menunggu selama beberapa jam di pelabuhan. Ia sampai di pelabuhna pukul tujuh pagi dan baru bisa naik ke kapal pada pukul 12 siang.

Menurut penuturannya, kapal yang beroperasi juga terbatas dan hanya ada pada jam tertentu. Selama berada dalam kapal, mereka menerapkan physical distancing, sehingga mereka duduk dalam jarak yang cukup jauh.

Sesampainya di Batam, Tata kembali menjalani prosedur kesehatan yang ketat di bagian imigrasi. Dari Batam ia dijadwalkan kembali ke Yogyakarta keesokan paginya. Akhirnya ia dan beberapa rekannya memutuskan menginap di hotel.

"Kita enggak berani mengaku ke hotel dan sopir taksi kalau baru pulang dari Malaysia. Kita bilang ke mereka kalau ketinggalan pesawat," kata Tata.

Keesokan paginya, Tata mengikuti penerbangan dari Batam menuju Yogyakarta, dengan rute transit di Jakarta. Dalam perjalanan dan transit, Tata mengaku terus menjalani prosedur kesehatan sesui protokol.

Ia bercerita bahwa kondisi bandara terlihat sangat sepi, berbeda dengan ketika ia akan berangkat ke Malaysia. Di dalam pesawat juga diberlakukan physical distancing, sehingga tidak seluruh kursi terisi dan antar penumpang diberikan jarak.

Namun, membaca berita penolakan warga pendatang membuat Tata dan rekannya justru khawatir kembali ke tanah air. Mereka takut tidak diterima oleh masyarakat sekitar jika pulang ke rumah.

"Awalnya senang bisa pulang ke Indonesia, namun mendekati hari H kami malah khawatir nanti akan ditolak oleh masyarakat," tuturnya.

Meski begitu, Tata juga mengaku pasrah jika seandainya ia ditolak warga dan diminta untuk karantina. Sesampainya di rumah, Tata langsung mengikuti screening di puskesmas sesuai protokol kedatangan warga dan hingga saat ini masih melakukan proses karantina mandiri di kediamannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak