Namun, menurut Danny, hal itu tak selalu terjadi sehingga tak bisa dijadikan indikator atau tolak ukur pertanda gempa. Butuh alat untuk memastikan hal tersebut.
“Enggak selalu terjadi, waktu [gempa] Aceh enggak ada, waktu gempa Nias enggak ada, Mentawai enggak ada, ” tutur dia.
“Belum tervalidasi. Kalau ada satu metode yang enggak tentu, enggak bisa diulang lagi dengan cara yang sama, enggak bisa diakui sebagai scientific method [metode ilmiah], ” kata dia.
Meski begitu, tak bisa dimungkiri sejumlah gempa bumi merusak di dunia di antaranya memang diawali cacing keluar dari tanah, seperti di Haicheng.
Baca Juga:Heboh Ribuan Cacing Keluar dari Tanah di Solo, Benarkah Pertanda Gempa?
“Kemungkinannya kecil kalau [alasan cacing-cacing ke permukaan tanah] karena tektonik, ” kata Danny pada 3 Juni 2015 silam seperti dikutip dari laman Solopos.
Dia mengatakan, jikapun ada gempa, kemungkinan itu karena aktivitas tektonik dari lepas pantai. Meski lokasi tersebut, menurut dia, berada jauh dari lepas pantai.
Sementara, kata Danny, energi untuk bisa menimbulkan gempa besar di lokasi itu telah terpakai pada 2006. Dan butuh waktu puluhan tahun untuk mengumpulkan energi baru sebelum bisa menghasilkan gempa.
Dia menduga ada faktor lain yang menyebabkan cacing-cacing tersebut gelisah dan keluar hingga ke permukaan tanah.
Namun, dia tak menampik ada kemungkinan gejala tektonik di suatu tempat bisa saja terbaca lewat perilaku hewan-hewan di sekitarnya.
Baca Juga:Pakar UNS Soroti Keanehan Ribuan Cacing Keluar dari Tanah, Ini Pemicunya?
Seperti cacing ini. Perubahan di alam, kata dia, dapat membuat hewan-hewan merasa gelisah dan tak nyaman.
”Insting makhluk hidup bisa merasakan perubahan di alam, seperti waktu gempa di Padang (Sumatera Barat). Sejak sebelum gempa kok tiba-tiba hewan-hewan besar yang enggak keluar, tiba-tiba keluar, ” ujar dia.