Fogging Jarang Dilakukan Meski Potensi DBD Meningkat, Ini Kata Dinkes Jogja

Menurut Endang, fogging adalah pilihan terakhir setelah PSN.

M Nurhadi | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 23 Juni 2020 | 11:36 WIB
Fogging Jarang Dilakukan Meski Potensi DBD Meningkat, Ini Kata Dinkes Jogja
Ilustrasi fogging. [Suara.com/Muhaimin A Untung]

SuaraJogja.id - Demam berdarah dengue (DBD) turut mengancam kota Yogyakarta di tengah pandemi virus corona yang belum menurun. Dinas Kesehatan Kota Jogja terus menyampaikan agar masyarakat melakukan pencegahan guna melindungi keluarga dari DBD.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, Endang Sri Rahayu mengatakan, tahun ini Kota Jogja menempati urutan keempat kasus DBD DIY.

"Dulu Kota Yogyakarta berganti-ganti dengan Sleman. Tahun ini Kota Yogyakarta menempati urutan keempat. Soal infeksi ganda DBD dan Covid-19, pasien meninggal kan memang belum semua sempat dilakukan swab, untuk yang pasien PDP Covid-19 ya," ujar Endang dihubungi wartawan, Selasa (23/6/2020).

Kasus DBD di Jogja memang mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, angka DBD di wilayah kota Jogja berada di angka 478. Sedangkan tahun ini, terdapat 239 kasus.

Baca Juga:Protes PPDB Pakai Usia, Kantor Gubernur Anies Digeruduk Emak-emak

"Angka kasus DBD tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu. Tahun ini berada di angka 239 per 12 Juni. Masyarakat diimbau untuk tetap melaksanakan protokol pencegahan penularan DBD di samping protokol Covid-19," ujarnya.

Ia juga menyampaikan, cara paling ampuh untuk menghentikan kasus DBD adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara berkala.

"Kalau dilakukan PSN, sarang nyamuk bisa bertelur tapi tidak bisa menjadi nyamuk dewasa. Upaya tersebut yang harus dilakukan oleh masyarakat agar terhindar dari penyakit DBD," ungkap Endang.

Ia juga menjelaskan, berbagai pihak terus mengupayakan sosialisasi terkait hal ini. Saat ini, Berbagai fasilitas kesehatan tengah fokus terhadap penanganan Covid-19. Meski begitu, ia berharap, masyarakat tidak mengesampingkan adanya potensi kasus DBD.

"Mobil keliling milik bidang promkes juga terus kami operasikan ke tiap-tiap kelurahan untuk melakukan imbauan," ujarnya.

Baca Juga:Ditangkap Mencuri CD di Jemuran, Isa Hanya Diam, Ternyata Tuna Wicara

Namun, fogging belakangan jadi jarang dilakukan. Alasannya, menurut Endang, fogging adalah pilihan terakhir setelah PSN. Saat di suatu lokasi sudah terjadi penularan dengan ditemukannya kasus lanjutan DBD dan angka bebas jentik bebas kurang dari 95, SOP yang diambil memang harus dilakukan fogging.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini