Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Potensi Bahaya Ada di Kawasan Gendol

Potensi erupsi Merapi saat ini tak sebesar di tahun 2006 atau 2010 silam.

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 09 Juli 2020 | 16:16 WIB
Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Potensi Bahaya Ada di Kawasan Gendol
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida saat memberi keterangan kepada wartawan di Kantor Bupati Sleman, Kamis (9/7/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat setelah erupsi 21 Juni 2020 lalu. Terjadi penggembungan sebesar 0,5 cm tiap harinya dari arah Babadan. Melihat bukaan kawah Merapi menuju Kali Gendol, potensi bahaya bisa terjadi di lokasi tersebut.

"Penggembungan 0,5 cm perhari dari arah Babadan. Tapi, tidak bisa diartikan yang bahaya arah Babadan itu tidak, itu berbeda sekali dengan 2006 dan 2010 (erupsi)," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida saat pengecekan pos pantauan Gunung Merapi, Kamis (9/7/2020).

Pihaknya belum dapat memastikan potensi bahaya akan mengarah ke wilayah mana. Pasalnya hingga kini BPPTKG belum bisa menghitung kenaikan magma karena belum muncul sampai ke permukaan.

Gunung Merapi erupsi, Jumat (10/4/2020) pagi. - (Twitter/@BPPTKG)
Gunung Merapi erupsi, Jumat (10/4/2020) pagi. - (Twitter/@BPPTKG)

"Kemana pastinya kita tunggu sampai muncul ke permukaan. Ketika dia muncul ke permukaan nanti baru bisa kita ketahui ke arah mana lagi. Tapi yang jelas bukaan kawah ada di Kali Gendol sehingga potensi arah awan panas jika itu erupsi, kemungkinan terjadi di sana. Jadi potensi bahayanya masih ada di Kali Gendol sampai saat ini," terang dia.

Baca Juga:Bayi Ditelantarkan di Rumah Bersalin Sleman, Polisi Buru Pelaku

Hanik membeberkan, peningkatan aktivitas Merapi tentu mempengaruhi keadaan magma di dalam tubuh gunung. Namun hal itu tidak akan seperti erupsi 2006 dan 2010 silam.

"Potensi yang bisa terjadi saat ini pertama muncul kubah lava baru, atau erupsi seperti 21 Juni lalu. Jika melihat dari aktivitasnya dengan adanya magma dan gas terjadi eksplosif, hanya saja indeks skalanya 1, jadi kecil," ungkap Hanik.

Skala tersebut, lanjut Hanik merupakan skala terendah erupsi gunung api. Pada 2006 skala yang terjadi sebesar 2. Sementara pada 2010 skalanya 4. Dasar dari volume material yang terlontar dari 2010 itu sekitar 130 juta meter kubik.

Deputi Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan memberi keterangan kepada wartawan di kantor Bupati Sleman, Kamis (9/7/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Deputi Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan memberi keterangan kepada wartawan di kantor Bupati Sleman, Kamis (9/7/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Terpisah, Deputi Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan meminta pemerintah setempat menyiapkan sejumlah mitigasi kebencanaan. Mulai dari jalur evakuasi serta barak penampungan warga. Hal itu juga harus mematuhi protokol keamanan covid-19.

"Laporan dari BPPTKG disini kami datang untuk mengingatkan kepada warga untuk waspada. Artinya ditengah wabah Covid-19, ancaman gunung api harus diperhatikan. Maka dari itu pemerintah setempat agar menyiapkan dan tetap waspada dengan bencana gunung api ini," ungkap Lilik di balai desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.

Baca Juga:Jelang Pilkada Sleman, 678 Penyelenggara Pemilu akan Jalani Rapid Test

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak