Hampir 5 Bulan Pascatragedi Susur Sungai, Siswa SMPN 1 Turi Masih Trauma

Bahkan beberapa siswa yang dijadikan saksi pada sidang sebelumnya berpotensi masih terbayang-bayang trauma.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 09 Juli 2020 | 20:03 WIB
Hampir 5 Bulan Pascatragedi Susur Sungai, Siswa SMPN 1 Turi Masih Trauma
Tiga terdakwa mendengarkan pernyataan dari Hakim Ketua Annas Mustaqim saat sidang lanjutan kasus tragedi susur Sungai Sempor SMPN 1 Turi di Pengadilan Negeri Sleman, Kamis (9/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Sidang kasus susur Sungai Sempor yang menghanyutkan 239 siswa SMPN 1 Turi kembali dilanjutkan. Dalam sidang kali ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan seorang saksi ahli, yakni psikolog.

Sidang lanjutan kasus tersebut dipimpin oleh Hakim Ketua Annas Mustaqim. Sidang yang dimulai pada pukul 15.30 WIB itu juga menghadirkan ketiga terdakwa -- IYA (36), RY (38), serta DDS (58) -- untuk mendengarkan saksi Dwi Susilawati.

Hakim ketua membuka sidang dengan pertanyaan kepada saksi mengapa dihadirkan. Sejumlah pertanyaan dilontarkan hakim untuk memulai sidang pemeriksaan psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPKI) Wilayah DIY itu sebagai saksi. Dwi satu-satunya yang diperiksa dalam lanjutan sidang.

"Saksi ahli dihadirkan untuk menjelaskan bagaimana Anda menangani beberapa siswa saat tes psikolog," kata Annas Mustakim, membuka sidang di Pengadilan Negeri Sleman, Kamis (9/7/2020).

Baca Juga:Fakta Terbaru Kasus Susur Sungai, Saksi Tak Melihat Pembina di TKP

Dalam pemeriksaan, Dwi menyebut bahwa memang beberapa siswa SMPN 1 Turi masih mengalami trauma. Bahkan beberapa siswa yang dijadikan saksi pada sidang sebelumnya berpotensi masih terbayang-bayang trauma.

"Waktunya memang sudah cukup lama, kasus terjadi pada 21 Februari dan terdapat rentang waktu siswa mengalami perubahan, mungkin emosi atau pikirannya terhadap kasus itu. Memang saat kami lakukan assesment di sekolah setelah satu bulan pasca-peristiwa, didapati beberapa siswa mengalami trauma," katanya.

Ia menjelaskan, pemeriksaan psikologis siswa tidak dilakukan untuk semua. Mereka melakukan pengecekan dengan menyebar kuesioner kepada 239 siswa.

Seorang psikolog menjadi saksi ahli dalam sidang pemeriksaan saksi pada kasus susur Sungai Sempor SMPN 1 Turi di Pengadilan Negeri Sleman, Kamis (9/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Seorang psikolog menjadi saksi ahli dalam sidang pemeriksaan saksi pada kasus susur Sungai Sempor SMPN 1 Turi di Pengadilan Negeri Sleman, Kamis (9/7/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Kami mulai dengan menyebar kuesioner, dan dari 239 siswa, yang mengisi hanya 150 orang. Jadi ada yang sudah tidak di DIY, ada yang pindah sekolah, sehingga tidak semua mengisi," kata Dwi.

Ia melanjutkan, ada beberapa siswa yang mengalami reaksi stres akut. Kendati demikian, pendampingan psikolog selama hampir tiga pekan di SMP setempat menurunkan reaksi yang dialami siswa.

Baca Juga:Terungkap di Sidang Tragedi Susur Sungai, Ortu Korban Alami Trauma Berat

"Jadi dari rilisnya memang ada yang mengalami stres, kami terus melakukan pendampingan, dan reaksi tersebut seiring waktu mengalami penurunan. Namun, ada satu siswa yang membutuhkan perhatian lebih khusus untuk dilakukan terapi lanjutan," terang dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak