Sambi tak hanya sendiri saat berbincang dengan SuaraJogja.id, istrinya Ranti (50), turut menimpali. Ia mengaku saat kejadian hanya berpikir untuk selamat terlebih dahulu dari situasi panik itu.
"Mikirnya hanya selamat dahulu. Barang yang berharga sudah tak bisa saya bawa. Karena panik akhirnya langsung turun ke bawah," ujar ibu rumah tangga ini.
Kedahsyatan erupsi Merapi kala itu nyatanya tak menyurutkan Ranti dan Sambi untuk kembali ke lereng, ke rumahnya yang berada di Dusun Ngancar.
Lokasi ini, secara geografis masih berada di wilayah bawah lereng Merapi. Berbeda dengan dusun Singlar, Srunen dan Kalitengah Lor yang berada berdekatan dengan radius batas aman 3 kilometer dari puncak Merapi.
Baca Juga:Menginap di Hotel dengan Istri, Pria Asal Sleman Mendadak Tewas
Seorang warga Kalitengah Lor, Desa Glahaharjo misalnya, Sarmiyati (34). Wanita yang juga sebagai ketua RT tersebut tak sempat berbuat banyak ketika relawan, tim SAR dan BPBD bergerak untuk mengevakuasi warga saat terjadi erupsi 2010 silam.
"Sudah panik semua, bahkan barang seperti surat berharga atau perhiasan sudah tak diingat. Jadi segera evakuasi dengan pakaian yang kami gunakan," kata Sarmiyati ditemui saat kunjungan DPRD Sleman, Senin (13/7/2020).
Pasca erupsi Merapi 2010, rumah miliknya penuh dengan guguran abu vulkanik. Hampir seluruh warga di Kalitengah Lor terdampak akibat awan panas atau Wedhus Gembel.
Sebagian rumah warga ada yang luluh lantah wajar Dusun Kalitengah Lor hanya berjarak 5,5 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Tetapi, sebagian rumah lainnya masih kuat bertahan. Sarmiyati bersyukur rumah yang dia huni tak banyak kerusakan dan saat ini masih bisa ditempati.
Sarmiyati termasuk warga yang beruntung rumahnya masih kokoh berdiri. Tak sedikit warga yang harus kehilangan rumah dan berpindah ke Hunian Tetap (Huntap). Masyarakat yang kehilangan rumah, saat ini tinggal di Huntap-huntap yang telah disediakan pemerintah.
Baca Juga:Kecelakaan di Sleman Tewaskan 1 Orang, Polisi Sebut Korban Tak Kantongi SIM
Bagi masyarakat lereng Merapi yang sebelumnya mayoritas petani, pascaerupsi banyak yang beralih profesi. Ada yang menjadi penambang untuk bertahan hidup, adapun yang tetap mengurus sawah.