Pakar Kesehatan Bantah Klaim Hadi Pranoto Soal Antibodi Covid-19

Pakar kesehatan membantah sejumlah klaim yang dikatakan oleh Hadi Pranoto dalam videonya yang viral saat diwawancarai Anji.

M. Reza Sulaiman
Senin, 03 Agustus 2020 | 16:54 WIB
Pakar Kesehatan Bantah Klaim Hadi Pranoto Soal Antibodi Covid-19
Hadi Pranoto (Screenshot YouTube dunia MANJI)

"Kami lacak ke google scholar, scopus, hasilnya NIHIL. Memang ada nama hadi pranoto, tapi bukan Hadi Pranoto yg muncul dalam video ini. Hasil pelacakan ke database dosen memang ada nama Hadi Pranoto juga, tapi profilnya berbeda dengan orang yang tiba-tiba muncul dalam video ini," tulisnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia dr. Inggrid Tania, MSi. Menurutnya, jika benar Hadi Pranoto seorang profesor, maka hasil penelitiannya tentu banyak dan tersedia luas.

Wawancara Hadi Pranoto  (YouTube dunia MANJI)
Wawancara Hadi Pranoto (YouTube dunia MANJI)

"Ada riwayat penelitian, riwayat publikasi, kemudian institusi penelitian ilmiahnya apa. Itu sama sekali tidak ada informasi yang bisa didapatkan," tambahnya.

Antibodi Covid-19 belum diteliti ilmiah

Baca Juga:Kontroversi Hadi Pranoto dan 5 Berita Kesehatan Menarik Lainnya

Inggrid juga menambahkan bahwa jika memang telah ada penelitian terkait obat penyakit tertentu, maka informasi tersebut harus disebarluaskan melalui jurnal ilmiah agar dipahami publik.

Bukan hanya tentang menghasilkan produk melainkan juga metode yang dipakai untuk pembuatan obat tersebut.

"Jadi kami para praktisi, akademisi tidak terinformasikan yang diteliti apa, herbal apa. Lalu juga dikatakan saya dengar di youtube Anji banyak sekali yang tidak bisa didengar secara penelitian ilmiah. Misalnya, antibodinya bisa terpacu terhadap antibodi covid setelah konsumsi herbalnya dalam waktu 2 atau 3 hari. Itu sampai sekarang belum pernah ada suatu bahan yang bisa memicu antibodi," tuturnya.

Terpisah, Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan Covid-19 dari IDI Prof Dr Zubairi Djoerban mengatakan kepada Suara.com, untuk mempertegas klaim obat tersebut, Zubairi mengatakan penemuan perlu ditulis pada jurnal kedokteran.

"Tidak peduli siapa pun yang bicara, mau dokter, profesor, dokter hewan, atau pun dukun, kalau mau mengklaim suatu apakah herbal atau jamu bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit apa pun, baru bisa dipercaya setelah melewati berbagai tahapan," ujarnya.

Baca Juga:Bantah Hadi Pranoto, IDI: Tidak Mungkin Rapid Test Harga Rp 10 Ribu

Biaya tes virus Corona Rp 10.000

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak