Tol Jogja-Solo Mulai Pematokan, Wawan Pertanyakan Nasib Usaha Paviliunnya

Warga terdampak tol Jogja-Solo juga belum mengetahui soal besaran ganti rugi yang bakal diterima

Galih Priatmojo
Rabu, 19 Agustus 2020 | 07:46 WIB
Tol Jogja-Solo Mulai Pematokan, Wawan Pertanyakan Nasib Usaha Paviliunnya
Denah lokasi pembangunan jalan tol Jogja-Solo yang berdampak ke warga Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman - (SUARA/Baktora)

SuaraJogja.id - Mulai pagi ini, tim proyek tol Jogja-Solo akan memulai tahapan pematokan titik-titik tanah yang akan dilintasi jalur tol.

Sejumlah warga yang terdampak mengaku masih akan menunggu kejelasan soal besaran lahan sebenarnya yang akan dipatok.

Okto Gunawan, warga Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan merupakan salah satunya. Ia mengaku masih menunggu kepastian mana saja lahannya yang masuk area pembangunan tol.

Pasalnya dalam beberapa kali sosialisasi dan konsultasi publik yang diikuti, sebagian lahan miliknya masuk dalam trase jalan tol Jogja-Solo.

Baca Juga:Minim Penolakan Warga, TPU Khusus Sleman Baru Terisi 15 Jenazah COVID-19

"Saya punya lahan sekitar 222 meter persegi. Kalau dari gambar lahan saya dari pojok ke pojok sana terkena jalan tol, jadi agak miring. Yang hilang sekitar 130 meter persegi. Sisa lahanya berbentuk segitiga," katanya saat ditemui harianjogja.com, kemarin.

Jika hanya sebagian lahan yang digunakan, sementara sisanya tidak masuk area terdampak maka ia akan mengajukan untuk masuk area terdampak.

Apabila lahan miliknya hanya tersisa kurang dari 100 meter persegi dan berbentuk segitiga maka lahan tersebut tidak bisa dimanfaatkan.

Wawan juga mempertanyakan nasib bisnis penyewaan tiga paviliun yang pasti mati karena akses masuk ke paviliun tersebut tertutup area jalan tol.

Apalagi halaman depan usaha penginapannya yang dirintis sejak tahun lalu masuk area terdampak pembangunan.

Baca Juga:Sleman Bakal Buka Sekolah di Zona Kuning, Begini Kata Pakar Epidemiologi

"Ini juga nanti akan saya minta penjelasannya. Bagaimana nasib bisnis penyewaan paviliun saya ini? Apakah juga ada ganti ruginya? Ini jelas akan saya perjuangkan," katanya.

Hingga kini, lanjut Wawan, warga memang belum ada kesempatan terkait besaran ganti rugi yang diharapkan. Alasannya, masalah tersebut memang belum ada pembahasan.

Meskipun begitu, lanjut Wawan, harga jual tanah di pasaran saat ini rata-rata Rp3 juta per meter tergantung lokasinya.

"Nah saya juga belum tahu apakah penentuan harga nanti menggunakan NJOP atau ZNT [zona nilai tanah] atau ada dasar yang lain. Kalau ZNT nya antara Rp2 juta hingga Rp5 juta per meter. Ya harapannya tidak menggunakan NJOP karena NJOP di sini kecil sekali," ujar Wawan.

Yang jelas, kata Wawan, warga Kadirojo tidak ada yang menolak terkait rencana pembangunan jalan tol tersebut. Mereka mendukung sepenuhnya program pemerintah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini