Namun, ia meminta, bila ada home visit, jangan ada banyak murid sekaligus. Misalnya di sebuah dusun ada 5 siswa dengan kelas yang sama, maka boleh dikumpulkan.
Meski begitu, cara tersebut juga harus memperhatikan tempat. Apakah tempat memungkinkan menghadirkan lima siswa dengan jaga jarak. Yang memiliki tempat, juga dalam keadaan sehat, guru yg hadir untuk homevisit dalam keadaan sehat. Anak-anak juga memakai masker dan jaga jarak.
"Kemarin ada, gurunya menerangkan namun siswanya berdesak-desakan ingin melihat gambar yang ditunjukkan guru," ucapnya.
Arif menegaskan, dalam proses kegiatan belajar mengajar selama home visit, guru harus memperhatikan jarak. Sediakan tempat cuci tangan di home visit, adanya thermo gun serta hand sanitizer.
Baca Juga:Bantu Siswa Sekolah Daring, Pemkab Sleman Luncurkan Kanal Sembada Belajar
"Jika tidak memenuhi itu, jangan melakukan homevisit. Kita tidak ingin adanya klaster baru di bidang pendidikan," ucapnya.
Homevisit tidak hanya memperhatikan prokes, namun juga memperhatikan pernah atau tidaknya kasus positif di lingkungan yang akan digunakan sebagai lokasi home visit.
"Kalau di perdusunan itu ada yang positif, maka proses KBM home visit jangan ditempatkan di sana. Pindah di dusun lain. Gurunya juga iya, apakah berdomisili di lingkungan yang ada kasus positif atau tidak. Jika ada, jangan melakukan home visit," tandas Arif lagi.
Juru Bicara Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sleman, Shavitri Nurmala mengungkapkan, tim gugus tugas memiliki kajian tersendiri perihal kesiapan penerapan pembelajaran tatap muka di Sleman.
"Tapi sepertinya belum akan on off sekolah. Malah Disdik sudah menyiapkan untuk daring sampai akhir tahun ya," terang Evie.
Baca Juga:Tol Jogja-Solo Mulai Pematokan, Wawan Pertanyakan Nasib Usaha Paviliunnya
Kontributor : Uli Febriarni