Masuki Era Digital, Abdulloh Hamid: Yang Dibutuhkan Saat Ini Adalah Sinergi

Saat ini, sudah banyak kelas-kelas online dan teknologi yang bisa mendukung masyarakat terus berkembang di tengah pandemi.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Jum'at, 11 September 2020 | 11:59 WIB
Masuki Era Digital, Abdulloh Hamid: Yang Dibutuhkan Saat Ini Adalah Sinergi
Suasana PKKMB daring FIP UNY. - (YouTube/UNY)

SuaraJogja.id - Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, Abdulloh Hamid menyampaikan bahwa saat ini masyarakat tengah memasuki era digital

Hamid menyebut Indonesia saat ini merupakan negara ketiga konsumsi internet terbanyak setelah India dan Cina. Saat ini, teknologi bergerak dengan cepat dan tidak terbendung.

Era ini sendiri membawa dampak negatif dan positif untuk setiap orang. Masyarakat pun saat ini masih terus melakukan adaptasi dengan perkembangan yang ada. 

"Tantangan di era digital telah masuk ke berbagai bidang, politik, ekonomi dan pendidikan itu sendiri," ujar Hamid saat membuka gelaran Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Jumat (11/10/2020). 

Baca Juga:Puluhan Tenaga Kesehatan Sleman Terpapar Covid-19, Ini Dugaan Penyebabnya

Di bidang pendidikan, saat munculnya pandemi seperti sekarang ini, platform platfom digital yang dihadirkan menjadi sangat strategis dan makin menyadarkan masyarakat bahwa sekolah bisa dilakukan tanpa tatap muka alias daring.

Di sisi lain, Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantoro telah mengenalkan trisentra pendidikan, yakni pendidikan masyarakat, keluarga dan sekolah. 

"Pendidikan karakter tidak akan terwujud tanpa  bantuan trisentra pendidikan ini," ujar Hamid. 

Tetapi pendidikan karakter tidak hanya bisa ditumbuhkan dari satu sisi saja. Perlu diterapkan baik di lingkungan sekolah, masyarakat dan sekolah. Dengan begitu akan bisa menghasilkan karakter atau ciri khas pada diri seseorang.

Pertanyannya adalah bagaimana membawa trisentra pendidikan itu ke dalam dunia digital. 

Baca Juga:Beredar Poster Foto Paslon di Jalanan, Bawaslu Sleman: Itu Menyalahi Perbup

Saat ini, orangtua cenderung menyerahkan pendidikannya kepada sekolah dan tidak memperhatikan lebih lanjut. Untuk itu, baik orangtua, masyarakat dan sekolah perlu bersinergi untuk mengawal tugas dan pendidikan yang diterima seorang anak. 

Untuk mengaplikasian trisentra pendidikan yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantoro, Hamid pun mengenalkan dengan apa yang disebut Mobile Seamless Learning.  Yakni aplikasi yang bisa membantu orang-orang untuk mensinergikan pendidikan dengan berbagai cara dan bentuk pendidikan. 

"Sekarang eranya kolaborasi, sekarang eranya sinergi. Tidak ada orang yang memiliki kemampuan unggul dalam apapun," terangnya.

Menutup materinya, Hamid menyampaikan pentingnya kolaborasi untuk bisa menjangkau tujuan lebih jauh lagi. Ketika kita memiliki kemauan untuk menghasilkan sesuatu yang besar, perlu dikolaborasikan dengan orang yang berbeda ilmu pengetahuan untuk melengkapi kekurangan. 

Saat ini, sudah memasuki era yang membutuhkan kolaborasi, jika dulu guru suka dengan murid yang menurut dan diam berada di kelas. Sekarang dibutuhkan mahasiswa yang beragam, memiliki kreatifitas untuk mau mempelajari ha-hal diluar bidang kita. 

Jangan mau diperbudak teknologi

Selanjutnya, menambahkan materi Hamid, Dosen Universitas Bina Nusantara (Binus) Sinta Amalina Hazrati menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi media sosial terbesar. Dia menyebutkan jika saat ini masyarakat sudah memasuki era digital dan perlu terbiasa dengan hal tersebut.

Perempuan yang akrab disapa Ita itu menjelaskan mengenai Educational Technology yang dinilai sudah lumrah dibicarakan masyarakat. Sebelumnya, ia menjelaskan mengenai transformasi Edutech yang sudah ada sejak tahun 1980.

Sampai saat ini Edutech masih terus bertransformasi. Sejak lahirnya komputer, pendidikan dinilai lebih mudah. Kemudahan dan transformasi yang terjadi di dunia pendidikan memancing seseorang untuk terus berinvestasi dalam bidang ini.

Internet lahir setelah pemikiran untuk mendapatkan pengetahun yang lebih dari sekedar buku yang dibaca-baca. Kehadiran internet disusul dengan munculnya laptop sebagai salah satu alat pembelajaran yang bisa dibawa kemana-mana.

Seiring perkembangan teknologi dan beragam kemudahan yang diberikan, terjadi perubahan zaman yang bisa disaksikan saat ini, termasuk dengan hadirnya gadget, android dan ios. Dengan membludaknya pengunaan android dan ios, kehidupan masyarakat dunia terus dipermudah.

Membicarakan mengenai kemudahan teknologi dan perkembangan era industri 4.0, Ita memperingatkan masyarakat untuk tidak terlena dengan teknologi. Pada akhirnya pemikiran yang kritis seorang manusia menjadi hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi.

"Salah satu yang saya sukai adalah karunia covid-19. Jika kita melihatnya sebagai hal buruk akan terasa buruk dan begitu juga sebaliknya," ujar Sinta.

Di tengah pandemi saat ini, ia mengingatkan bahwa pandemi bukanlah sebuah batasan. Melainkan sebuah pecutan untuk terus berjuang dan menggunakan benda-benda yang sudah ada saat ini terus meraih apa yang diinginkan.

Saat ini, sudah banyak kelas-kelas online dan teknologi yang bisa mendukung masyarakat terus berkembang di tengah pandemi. Jangan sampai merasa terbatas atau membatasi diri hanya karena tengah berada di masa pandemi.

Tiga hal yang dipermudah dengan adanya sekolah digital, yakni keterbatasan guru yang bisa diatasi dengan membuka kelas cakupan besar. Keterbatasan antara jarak guru dan murid yang bisa saja berbeda daerah hingga negara bisa diatasi.

Terakhir mencakup populasi dengan jarak yang tidak pendek. Setiap orang darimana saja dan dimana saja bisa memanfaatkan teknologi untuk mengikuti kelas pendidikan kapan saja. Seseorang bisa mendapatkan ijazah dari luar negeri dengan megikuti kelas dari dalam negeri.

"Tapi ada juga masalahnya, ketika kita belajar di ruang kelas akan berbeda hasilnya dengan belajar online," tuturnya.

Mereka yang datang ke dalam kelas akan memiliki penampilan lebih baik dari mereka yang mengikuti secara online. Karena penyampaian dan penerimaan setiap orang secara online dan langsung akan tetap berbeda. Dalam hal ini, pengajar dituntut lebih kreatif dan pelajar diharap memiliki keyakinan kuat untuk mengikuti kelas.

Kekurangan kedua, adalah teknologi dianggap akan mengganti peran guru. Ketiga, hal yang paling dirasakan oleh para siswa adalah kehilangan sentuhan sosial. Terutama jika saat berkuliah akan bertemu dengan banyak orang yang berbeda-beda, hal ini tidak akan dirasakan oleh mereka yang tidak belajar secara langsung.

Terakhir, mahasiswa sebenarnya membutuhkan motivasi dan arahan. Fungsi utama yang dibutuhkan dari orangtua atau guru di sekolah adalah untuk memberikan arahan dan motivasi kepada murid. Meski saat ini hal-hal itu tidak bisa dilakukan, namun hubungan harus tetap dijaga agar tetap terjalin baik.

"Jangan mau diperbudak teknologi, jadilah orang yang kritis dan terus analisis, analisis, analisis," terang Sinta.

Selanjutnya, ia menyampaikan beberapa pola pikir yang harus dimiliki di tengah era new normal. Bahwa siapapun kita, berhak untuk mendapatkan pendidikan tinggi yang baik. Bukan hanya untuk gelar tapi untuk mendapatkan nilai dalam diri.

Jangan dengan kekurangan itu melihat batasan, melainkan dari batasan itu bisa menjadi cara untuk berjuang bagi diri sendiri. Sama seperti yang disampaikan Hamid, bahwa berkolaborasi untuk mengatasi kekurangan masing-masing adalah hal yang dibutuhkan saat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak