Muhammadiyah Larang Gelar Kuliah Luring, UMY Tetap Jalan Terus

Mulai Senin ini UMY memulai lagi kegiatan belajar mengajar secara luring atau tatap muka

Galih Priatmojo
Senin, 14 September 2020 | 06:49 WIB
Muhammadiyah Larang Gelar Kuliah Luring, UMY Tetap Jalan Terus
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id -  Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuat surat edaran pelarangan kegiatan pembelajaran atau perkuliahan tatap muka di seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bidang Pendidikan pada September 2020 hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

Meski ada larangan tersebut, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tetap akan melaksanakan perkuliahan sesuai rencana awal pada Senin (14/09/2020) besok. 

"Untuk UMY sendiri, kegiatan pembelajaran atau perkuliahan akan tetap dilakukan sesuai rencana awal, yaitu Senin, 14 September 2020, dengan skema seperti yang sudah dinformasikan sebelumnya termasuk pada saat acara Rektor Menyapa, bahwa semester ini kuliah dengan mode tatap muka atau sebagai pendalaman materi dalam membentuk skill namun dengan tetap menitikberatkan pada kuliah online," ungkap Rektor UMY, Gunawan Budiyanto saat dikonfirmasi, Minggu (13/09/2020) malam.

Menurut Gunawan,  untuk mengantisipasi terjadinya kerumunan di kampus, maka hanya akan ada satu angkatan di setiap bulan yang mengikuti kuliah offline atau luring.

Baca Juga:Muncul 49 Kasus Baru di DIY, 11 Karyawan Kesehatan Sleman Positif COVID-19

Mahasiswa semester 7 akan masuk kuliah offline terlebih dahulu kemudian  berganti dengan mahasiswa semester 5 pada bulan berikutnya serta mahasiswa semester 3 pada bulan berikutnya lagi.

Sesuai arahan MCCC, UMU telah melengkapi kampus dengan sarana dan prasarana yang sesuai standar protokol Kesehatan di masa pandemi COVID-19. Diantaranya penyediaan tempat cuci tangan di masing masing pintu masuk gedung, penyediaan handsanitizer di setiap lorong gedung dan kantor unit kerja, aturan wajib bermasker di area kampus serta penyemprotan desinfektan di setiap gedung dan ruang.

Selain itu penataan kursi kuliah dengan jarak serta pemasangan kipas angin sebagai pengganti AC. Setiap pintu masuk gerbang dan pintu masuk gedung pun ada pengecekan suhu tubuh. 

"Perguruan tinggi juga harus melengkapi diri dengan berbagai aturan, standar protokol yang sudah dipublikasikan dan disosialisasikan," ungkapnya.

Keputusan UMY untuk tetap membuka kuliah luring, lanjut Gunawan sudah didasarkan pada pertemuan koordinasi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, MCCC, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah dan semua pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah se-Indonesia, Sabtu (12/09/2020).

Baca Juga:Ayah dan Anak Maju Pilkades Sleman serta 4 Berita Terpopuler SuaraJogja

Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan semua pihak harus berempati dan mendukung para dokter dan tenaga medis.

Antara lain dengan cara menjaga diri dari virus, melalui kedisiplinan menaati protokol Kesehatan,dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Muhammadiyah sangat serius dalam upaya upaya menanggulangi penyebaran virus yang makin mengkhawatirkan dan meminta semua PTMA untuk mengoptimalkan Satgasnya dan segera memulai pembentukan satgas bagi PTMA yang belum mempunyai satgas COVID-19.

"Kami mendukung penuh arahan MCCC PP Muhammadiyah yang tertuang dalam Surat Edaran tersebut. Bagi perguruan tinggi yang belum siap dengan segala sesuatu terkait fasilitas kuliah tatap muka diwajibkan tetap memilih skema kuliah online," tandasnya.

Sebelumnya Ketua MCCC PP Muhammadiyah, Agus Samsudin dalam surat edarannya menyebutkan MCCC berkomitmen membantu amal usaha persyarikatan untuk segera bangkit melawan pandemi dengan upaya-upaya yang menjadikan keselamatan nyawa dan kesehatan sebagai pertimbangan utama.

Selain itu dibarengi dengan upaya adaptasi terhadap kondisi yang dihadapi dengan pengembangan protokol kesehatan dan prosedur tetap pengelolaan kedaruratan.

"Serta mendorong berbagai pihak untuk melakukan inovasi kegiatan pembelajaran diluar kegiatan tatap muka," ungkapnya.

Dari hasil monitor MCCC, beberapa AUM Pendidikan telah membuka kegiatan pembelajaran tatap muka atau berencana dalam waktu dekat untuk membuka kegiatan pembelajaran tatap muka. Rencana kegiatan tersebut membawa konsekuensi yang perlu diwaspadai. 

Sebab pelaksanaan kegiatan tatap muka di sekolah/pesantren/perguruan tinggi disaat seluruh wilayah Indonesia secara epidemiologi masih mengkhawatirkan akan mengakibatkan peningkatan kedaruratan yang disengaja di dalam lingkungan sekolah/pesantren/kampus.

Kejadian kedaruratan ini tidak mudah dikendalikan. Bila akan dilaksanakan harus disediakan berbagai protokol- protokol kesehatan, perlengkapan pelaksanaan dan penegakan protokol kesehatan, penyediaan peralatan dan perlengkapan pengendali komando kedaruratan, dukungan keuangan yang cukup.

Selain itu tersedianya sumberdaya manusia pelaksana sistem komando kedaruratan di AUM pendidikan yang terlatih dan memiliki kompetensi yang bisa dipertanggungjawabkan.

"Inisiatif pembukaan kegiatan pembelajaran atau perkuliahan saat ini dikhawatirkan tidak akan banyak membantu dari sisi kelangsungan AUM namun dapat menimbulkan krisis yang lebih panjang akibat kemungkinan terjadinya penularan di lingkungan sekolah, madrasah, pesantren, perguruan tinggi yang akan menjadi tanggungjawab penuh bagi pimpinan AUM tersebut," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini