SuaraJogja.id - Seniman Butet Kartaredjasa membagikan potret lama para aktivis yang tengah melakukan demo di kawasan Boulevard UGM. Dalam potret tersebut ada beberapa tokoh yang pernah menjadi sorotan media lokal dan nasional.
Butet mengunggah lima buah foto kenangan aksi mahasiswa lama di akun Instagram pribadinya, @masbutet. Ia menyampaikan, pandemi corona membuat dirinya bisa menemukan foto-foto bersejarah tersebut karena terkurung di rumah.
"Gara-gara dikurung pandemi, saya nemu jejak sejarah Taufik Rahzen, Celi / Rizal Malarangeng, dan kawan-kawan aktivis 1990-an," tulis akun @masbutet dalam keterangannya, Selasa (15/9/2020).
Dari lima foto yang dibagikan, potret pertama menunjukkan seorang pria tengah memegang pengeras suara dengan secarik kertas di tangannya. Di sekitarnya, banyak anak muda berkerumun mendengarkan ucapannya. Di depannya ada sebuah nisan bertuliskan kata 'korban'.
Baca Juga:Rawat Toleransi, Dosen UGM Beragama Hindu Buat Area Wudu dan Salat di Rumah
Foto kedua menunjukkan sekumpulan muda-mudi; ada yang duduk lesehan di bawah, dan sebagian lagi berdiri. Beberapa dari mereka terlihat tengah tertawa sambil bertepuk tangan. Di telinga mereka bertengger sekuntum bunga mawar warna merah merona.
Foto ketiga menunjukkan sekelompok orang seolah sedang membereskan lokasi setelah aksi massa selesai. Di belakang para pemuda itu ada spanduk dan tulisan protes yang masih terpampang besar menolak adanya kekerasan dalam bentuk apa pun.
Selanjutnya, Butet menunjukkan foto salah satu poster protes yang digunakan saat itu, di mana rakyat dinilai resah karena media ditekan, DPR dibungkam, partai politik "diompongin", dan rakyat frustasi lalu dibantai. Poster itu ditulis tangan dengan warna hitam dan merah.
Terakhir adalah foto sekelompok pria memetik gitar, memberikan penampilan di depan kerumunan massa. Ada banyak orang berkerumun memandangi mereka. Sama seperti foto-foto sebelumnya, di telinga para pemuda itu ada setangkai bunga warna merah merona menyelip di antara rambut.
"Peristiwanya terjadi di ujung utara Boulevard UGM, dekat Purnabudaya, 1989. Judul acaranya, 'Gerakan Seribu Kembang'," tulis Butet dalam keterangannya.
Baca Juga:Minim Air, Warga Selopamioro Harus Sedot Selang Ratusan Meter ke Rumah
Tidak heran jika aksi mahasiswa itu dihiasi banyak bunga dan banyak pemuda menyelipkannya di telinga. Aksi tersebut sendiri disebut sebagai Gerakan Seribu Bunga. Seingat Butet, aksi itu juga yang menaikkan nama Taufik dan Celi.
- 1
- 2