SuaraJogja.id - Sebuah kamar berteralis besi tampak menyendiri di lantai satu Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta kala itu. Aroma menusuk hidung tercium begitu ruang yang mirip sangkar itu dibuka.
Di dalam ruangan berukuran 4x3 yang nyaris tak pernah terjamah manusia itu terlihat bersemayam tumpukan koran-koran lawas berikat tali rafia. Sebagian ditumpuki rumah rayap, sebagian lainnya penuh kotoran hewan pengerat.
Tapi siapa kira, di balik ruang yang berkesan angker itu, tersimpan nyanyian Lembaga Kebudayaan Rakyat yang konon disebut-sebut sebagai onderbow Partai terlarang PKI.
Ya, di balik ruang dingin berpintu teralis itu, berbendel-bendel koran Harian Rakjat yakni harian politik bikinan PKI yang terbit di tahun 1950-an merekam secara intensif gerak dan geliat lembaga kesenian yang dikenal dengan akronim Lekra.
Baca Juga:Terdampak Tol Jogja, Sebagian Warga Tirtoadi Diminta Relokasi Mandiri
Bersumber dari tumpukan koran-koran usang itulah buku bertajuk Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, terbit. Namun, buku yang oleh sebagian sejarawan disebut sebagai produk alternatif yang mengungkap misteri Lekra itu sempat dibredel.
Menjelang akhir dekade Reformasi, buku itu disebut masuk dalam deretan buku terlarang untuk dibaca. Tapi, setahun kemudian, buku yang berisi sumber langka mengenai Lekra itu kembali diperbolehkan terbit.
Setelah 10 tahun, Suarajogja beroleh kesempatan untuk mengulik proses kreatif perihal penerbitan buku tersebut dengan dua penulisnya yakni Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan.
Bermula dari Seabad Pers Kebangsaan
Tepatnya medio 2007, Rhoma memulai misinya untuk mengumpulkan seluruh tulisan dari koran Harian Rakjat. Bersama Muhidin M Dahlan, ia secara khusyuk mendokumentasikan tiap helai lembaran koran tersebut.
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini, Selasa 29 September 2020
Rhoma berkisah proses kreatif penyusunan buku Lekra tersebut bisa dibilang terjadi lantaran "kecelakaan". Dirinya mengaku saat itu tak terpikir untuk merangkum belasan ribu tulisan koran Harian Rakjat di perpustakaan yang kini bernama Jogja Library Centre.
Ia mengaku disebut kecelakaan lantaran misi awalnya yakni mencari media untuk tugas menulis buku Seabad Pers Kebangsaan yang merupakan proyek yang dikerjakannya untuk lembaga periset IBokoe. Rhoma saat itu mengawali pencarian sumber bukunya di perpustakaan nasional (perpusnas) Jakarta.
Terletak di lantai 9, suasana penyimpanan koran-koran lawas itu tampak gelap. Ia pun harus dibantu penerangan seadanya untuk mencari buku atau koran tahun 1900-an yang dibutuhkan.
Dalam proses pencariannya, dosen sejarah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu melihat tumpukan surat kabar Harian Rakjat terbitkan PKI yang banyak mendokumentasikan kegiatan Lekra.
Sempat bingung mau diapakan, ia pun mulai mengumpulkan tumpukan Harian Rakjat tersebut. Dibantu Muhidin M Dahlan, di tengah tugasnya menyelesaikan buku Seabad Pers Kebangsaan, ia mulai merunut dan merangkum kembali potongan berita-berita berkait dengan Lekra.
Khusyuk di kamar terlarang