Ketagihan Sate Batibul Tegal, Butet Kartaredjasa Jadi Pemangsa Pedofil

Sambil menggenggam sate yang sudah matang, Butet menjelaskan jika yang membuatnya ketagihan adalah keempukan dagingnya.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 14 Oktober 2020 | 11:50 WIB
Ketagihan Sate Batibul Tegal, Butet Kartaredjasa Jadi Pemangsa Pedofil
Video Butet Kartaredjasa menyantap Sate Batibul di Tegal. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)

SuaraJogja.id - Seniman Butet Keratredjasa membagikan perjalanan kulinernya di kota Tegal. Dalam perjalanannya melewati jalur Pantura, wajib baginya untuk berkunjung ke Sate Batibul di Tegal.

Saat berada di Tegal, penting bagi Butet untuk menjajal kuliner favoritnya disana, yakni Sate Batibul. Terutama, sajian sate yang disajikan oleh warung Bang Awi. Disebut sebagai sate legendaris, tempat itu menjadi kunjungan wajib Butet saat melintasi Pantura.

Sate Batibul Bang Awi, terletak di Jalan Raya II Adiwerna, Kwaden - Ujungrusi, Tegal. Butet juga menjelaskan, akibat terlampau dahsyat kenikmatan yang dimiliki sate ini, sampai membuka cabang juga di kawasan Jakarta. Tepatnya di Kelapa Gading dan satu tempat lainnya.

"Sate bang Awi menyebut dirinya, Batibul. Bawah Tiga Bulan," ujar Butet dalam videonya.

Baca Juga:Lulus dari Kemiskinan, 72 Keluarga Penerima PKH Kulon Progo Undur Diri

Daging yang digunakan untuk sate berasal dari kambing yang masih berusia di bawah tiga bulan. Saat ditunjukkan potongan daging yang akan ditusukkan, terlihat warnanya masih merah merona, seperti daging muda yang belum terlalu alot.

Sebelum disembelih, kambing-kambing berusia tiga bulan ini juga diberi pakan rumput dengan kualitas yang bagus. Serta dedaunan khusus yang membuat dagingnya sangat kenyal untuk dinikmati menjadi sajian sate maupun olahan lainnya.

Cabang yang ada di Jakarta sendiri mendapatkan kiriman daging langsung dari Tegal. Bukan merupakan daging ternak yang ada di ibukota. Sambil menggenggam sate yang sudah matang, Butet menjelaskan jika yang membuatnya ketagihan adalah keempukan dagingnya.

Konon, daging Sate Batibul diambil dari daging-daging kambing yang masih berusia di bawah tiga bulan. Mengingat usia muda kambing tersebut, dan melihat pada dirinya yang sudah tua, ia menjadi menganggap dirinya sebagai pemangsa kelas pedofil.

"Dengan begitu apa boleh buat, kalau saya bisa dikategorikan pemangsa kelas pedofil," imbuh Butet.

Baca Juga:Dipasang Gratis Tanpa Pajak, Sejumlah APK di Sleman Tak Sesuai Ketentuan

Dalam satu tusuk sate Batibul terdapat potongan daging, ati, dan lemak. Bumbu pendampingnya tidak jauh berbeda dengan sate pada umumnya. Yakni potongan bawang merah mentah, tomat, cabai dan kecap yang dijadikan satu untuk olesan sate sebelum disantap.

Seperti biasa, Butet menggeleng-gelengkan kepalanya ketika menikmati sajian makanan yang terlampau enak di lidahnya. Selain sate, tempat tersebut juga menyediakan sup kambing dengan potongan besar dalam satu mangkuk berkuah bening kental.

Video Butet Kartaredjasa menyantap Sate Batibul di Tegal. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)
Video Butet Kartaredjasa menyantap Sate Batibul di Tegal. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)

Lihat keseruan Butet kulineran DISINI

Harga satu porsi sop, dibandrol dengan nilai Rp 27.000. Kemudian satu tusuk sate dengan ati dijual seharga Rp 5.100. Sedangkan untuk satu porsi teh poci di bandrol dengan harga Rp 30.000 dan nasi per piringnya Rp 6.000. Menurut Butet, itu adalah harga yang wajar untuk sajian yang sangat dinikmati.

"Jadi kalau anda betul-betul menikmati kelezatan sate Tegal. Silahkan bergabung bersama saya, kaum pedofil pemangsa kambing usia tiga bulan," kata Butet.

Sejak diunggah Selasa (13/10/2020), video kuliner Butet tersebut sudah disaksikan lebih dari 1500 kali. Ada 98 orang yang menekan tanda suka dan beberapa lainnya memberikan komentar. Beberapa mengomentari usia kambing yang masih muda namun sudah jadi santapan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini