Ferdinand Semprot Kepala Daerah Tolak UU Ciptaker dan 4 Berita SuaraJogja

Tak hanya itu, video viral tips usaha "pelihara tuyul" Mbah Lasiyo asal Bantul ternyata masih ada kelanjutannya, yang lantas mengobati rasa penasaran warganet.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 17 Oktober 2020 | 11:08 WIB
Ferdinand Semprot Kepala Daerah Tolak UU Ciptaker dan 4 Berita SuaraJogja
Draf final UU Cipta kerja akan diberikan hari ini ke Jokowi. (Ist & Sekretariat presiden)

SuaraJogja.id - Eks politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean memberikan kritik pedas untuk para kepala daerah yang menolak UU Cipta Kerja. Di sisi lain, pernyataan Ngabalin soal sampah demokrasi dan tanggapan santai tetapi menohok dari Refly Harun juga menjadi sorotan.

Sementara itu di Jogja, Polda DIY menereima sembilan laporan pescabentorkan yang terjadi saat demo tolak UU Cipta Kerja. Selain itu, saat ini warga Jogja juga tengah memasuki tahun ke-10 pascaerupsi Gunung Merapi, dan warga mengungkapkan bergaam perubahan yang mereka rasakan kini.

Tak hanya itu, video viral tips usaha "pelihara tuyul" Mbah Lasiyo asal Bantul ternyata masih ada kelanjutannya, yang lantas mengobati rasa penasaran warganet. Berikut lima berita terfavorit SuaraJogja.id, Jumat (16/10/2020) kemarin:

1. Ngaku Makin Paham UU Ciptaker, Ferdinand Semprot Kepala Daerah yang Menolak

Baca Juga:Farid Gaban: Budiman dan Fadjroel Harusnya Ganas Tolak UU Ciptaker

Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengkritisi Anies Baswedan lewat kicauannya. (Instagram/@ferdinand_hutahaean)
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengkritisi Anies Baswedan lewat kicauannya. (Instagram/@ferdinand_hutahaean)

Penolakan terhadap UU Cipta Kerja (Ciptaker) oleh sejumlah kepala daerah membuat heran mantan politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.

Hal tersebut ia rasakan setelah ia mengaku makin memahami substansi inti dari UU yang dikecam masyrakat luas ini.

Baca selengkapnya

2. Viral Tips Usaha Pelihara Tuyul Mbah Lasiyo, Ternyata Ini Maksudnya

Sosok Mbah Lasiyo yang viral karena pelihara "tuyul" - (Twitter/@Ihsanmauwae)
Sosok Mbah Lasiyo yang viral karena pelihara "tuyul" - (Twitter/@Ihsanmauwae)

Sebuah video yang membagikan momen ketika seseorang kakek yang berprofesi sebagai petani pisang di Kabupaten Bantul viral di media sosial Twitter. Video ini viral karena petani tersebut membagikan tips usaha sukses yang cukup nyentrik.

Baca Juga:Panas! Perihal Kata Bodoh, Ferdinand Hutahaean Tantang Debat Musni Umar

Video ini diunggah oleh akun Twitter @renaldypjs pada Rabu (14/10/2020). Akun Twitter ini mengunggah dua potongan video yang saling berkesinambungan. Dalam twitnya, ia menuliskan, "Ilmu bisnis yang tidak diajarkan di kampus."

Baca selengkapnya

3. Ngabalin Sebut Sampah Demokrasi, Pendapat Refly Harun Santai Tapi Menohok!

Refly Harun soal hoax UU Ciptaker. (YouTube/Refly Harun)
Refly Harun soal hoax UU Ciptaker. (YouTube/Refly Harun)

Pakar hukum dan tata negara Refly Harun angkat bicara terkait pernyataan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin yang menyebut demonstran sampah demokrasi.

Menurut Refly Harun, pendapat tersebut merupakan hak Ngabalin. Namun, dia mempertanyakan bagaimana mungkin aksi demonstrasi disebut sampah demokrasi.

Baca selengkapnya

4. Bentrokan Demo Tolak UU Ciptaker di DIY, 9 Laporan Korban Masuk ke Polisi

Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yulianto saat memberi keterangan di Mapolda DIY, Rabu (18/12/2019) - (SUARA/Baktora)
Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yulianto saat memberi keterangan di Mapolda DIY, Rabu (18/12/2019) - (SUARA/Baktora)

Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga saat ini menerima sembilan laporan terkait kerusakan akibat bentorkan yang terjadi saat aksi unjuk rasa tolak UU Cipta Kerja di DIY pada 8 Oktober 2020 lalu. Laporan masuk ke Polda DIY maupun ke Polresta Yogyakarta.

Satu laporan masuk ke Polda DIY dari pemilik Resto Legian yang terbakar saat unjuk rasa, sedangkan delapan laporan lain masuk ke Polresta Yogyakarta.

Baca selengkapnya

5. Satu Dasawarsa Erupsi Merapi, Kini Warga Lebih Percaya Data daripada Mitos

Sebuah monumen pengingat bencana erupsi Merapi 2010, yang diresmikan Bupati Sleman Sri Purnomo, di area Pedukuhan Bakalan, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Jumat (16/10/2020). - (SuaraJogja.id/Uli Febriarni)
Sebuah monumen pengingat bencana erupsi Merapi 2010, yang diresmikan Bupati Sleman Sri Purnomo, di area Pedukuhan Bakalan, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Jumat (16/10/2020). - (SuaraJogja.id/Uli Febriarni)

Erupsi Merapi pada sebuah petang kala 26 Oktober 2010 lalu menjadi satu dari sekian banyak peristiwa penting yang akan selalu berada dalam benak warga Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Sleman. Setelah sempat mereda, erupsi masa itu memasuki puncaknya pada 5 November 2020, tepat dini hari. Kini, setelah satu dasawarsa terlewati, kerasnya takdir itu masih lekat di depan mata.

Pada masa-masa itu, Tugiman baru saja menjalankan tugasnya membantu warga yang tinggal dalam radius 8 Km dari puncak Merapi, untuk mengungsi ke lokasi yang berjarak aman sekitar 10 Km. Tugas itu ia lakukan pada 27-28 Oktober 2020. Belum jua dipungkasi tugasnya, ia harus kembali memindahkan pengungsi ke lokasi pengungsian yang berjarak sekitar 15 Km dari puncak.

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak