Di bawah Merapi tidak hanya ada satu kantong magma, tapi ada beberapa kantong yang memiliki tingkat kristalisasi yang berbeda-beda. Dengan melakukan analisis komposisi mineral ini bisa menghitung geobarometri untuk menghitung tekanan yang ada di dalam.
Inklusi batuan yang disebutkan sebelumnya membuktikan sudah terjadinya kristalisasi di dalam lambung Merapi yang berbeda-beda. Ada yang terjadi pada rentan yang dalam, dan rata-rata terjadi dalam kedalaman sedang hingga dalam antara 12 sampai 18 km.
Model magmatisme Merapi dihasilkan dari geofisika, dibentuk dari proses seduksi di selatan dan mulai dehidrasi di kedalaman 100 KM ke dalam, kemudian bergerak di dalam Merapi dan mengisi di bawah Merapi.
"Sebenarnya magma Merapi ini ada dua tipe yang berbeda, yakni medium k dan high k," tukasnya.
Baca Juga:Hujan Semalaman, Talut Jembatan Bailey Penghubung Bantul-Gunungkidul Ambrol
Aktivitas Merapi baru 1900 tahun yang lalu, maka tipe magmanya adalah magma yang mempunyai afinitas potassium yang lebih tinggi. Namun komposisi magma bukan faktor utama penyebab terjadinya ekplosifitas, karena masih sama antara 2006, 2010 dan sebelumnya.
Ditemukan batuan calc-silicate kemungkinan berasal dari batuan sedimen yang karbonat. Ada juga yang tercampur dalam magma Merapi. Dimana batuan tersebut yang akan menambah CO2 dalam magma hingga menghasilkan erupsi yang lebih eksplosif.
Kebanyakan erupsi dengan volume magma kurang dari VEI 6 membutuhkan waktu akumulasi kurang dari 100 ribu tahun. Sementara erupsi dengan volume magma lebih dari VEI 7 membutuhkan waktu akumulasi lebih lama, antara 300 hingga 500 ribu tahun.
"Dari analisis distribusi ukuran kristal, mengestimasikan waktu tinggal Merapi sebesar 1 sampai 53 tahun minimum hingga 13 sampai 528 tahun maksimum," terangnya.
Agar magma bis amenghasilkan erupsi, dibutuhkan estimasi antara 2,4 hingga 5 tahun untuk lava Merapi 2006. Sedangkan untuk lava Merapi 2010, dibutuhkan rata-rata interval 1,6 tahun hingga 2,7 tahun.
Baca Juga:Jelang Debat Publik Pertama, 2 Paslon Pilkada Bantul Optimis Ungguli Rival
Interval waktu injeksi magma dengan kejadian Merapi tahun 2010 yang lebih cepat mungkin berkorelasi dengan volume magma recharge lebih besar, kecepatan magma rise yang lebih tinggi, sehingga tingkat eksploisivitas lebih besar.
Dari hasil penelitian yang ada, Agung menyebutkan bahwa Merapi sempat memiliki hasil eksplosif yang sub plinian sebelumnya. Namun yang harus dilihat di antara erupsi yang besar juga perlu dilihat erupsi lainnya yang perlu dimitigasi.
Agung menyebutkan perlu diantisipasi kedepannya dalah bentuk dari erupsi Merapi. Apakah akan kembali seperti sebelumnya, membentuk kubah lava dan menghasilkan awan panas, atau erupsi lainnya yang belum diketahui seperti apa. Hal itu masih perlu dilihat lebih teliti lagi.
Terakhir, Agung menutup materinya dengan kesimpulan, "Magma Merapi secara komposisi masih sama, namun ada beberapa varian yang menyebabkan magma memiliki sifat yang lebih eksplosif karena adanya penambahan gas CO2 diduga ada pencampuran magma atau inklusi batuan-batuan dalam dapur magma."