Sama Bahayanya dengan Rokok, Begini Dampak Kesehatan dari Obesitas

obesitas merupakan salah satu modifiable risk factor dari berbagai macam penyakit.

Galih Priatmojo
Rabu, 28 Oktober 2020 | 12:40 WIB
Sama Bahayanya dengan Rokok, Begini Dampak Kesehatan dari Obesitas
Ilustrasi lelaki mengalami obesitas. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Dokter ortopedi, Asa Ibrahim Zainal Asikin membagikan edukasi tentang kesehatan kepada publik. Kali ini ia mengulas mengenai dampak kesehatan dari obesitas.

Melalui akun Twitter pribadinya @asaibrahim, ia membuat utas mengenai bahaya dari obesitas.

"Banyak org yg menghindari rokok karena akibatnya utk kesehatan. Tapi byk org yg tidak menyadari bhwa kondisi gemuk yg berlebih/OBESITAS memiliki dampak kesehatan yang tidak kalah banyak dibandingkan merokok,bbrp bahkan lebih parah,aplgi jka sdh terjadi pd usia muda," tulisnya di awal utas.

Ia menjelaskan mengapa publik perlu memahami dampak kesehatan akibat obesitas. Ini karena obesitas merupakan salah satu modifiable risk factor dari berbagai macam penyakit.

Baca Juga:Hujan Semalaman, Talut Jembatan Bailey Penghubung Bantul-Gunungkidul Ambrol

Ahli bedah tulang ini kemudian menjelaskan usaha atau cara untuk dapat terhindar dari berbagai macam penyakit tersebut. Caranya dengan menjaga kesehatan sejak usia muda dan memahami hal-hal yang memiliki dampak yang luar biasa terhadap kesehatan, termasuk merokok dan obesitas.

Selanjutnya, Dokter Asa menjelaskan beberapa dampak dari obesitas.

Dampak pertama adalah kerusakan sendi pada kaki atau osteoarthritis, terutama pada sendi lutut. Semakin tinggi Body Mass Index (BMI), maka semakin cepat pula kerusakan pada sendi lututnya.

"Pasien dgn obesitas akan sangat cepat mengalami kerusakan sendi pada kaki (osteoarthritis), terutama pada sendi lutut,dan semakin tinggi BMI nya, semakin cepat pula kerusakan sendi lututnya," terangnya.

Dampak kedua adalah nyeri pada punggung bawah. Menurut metaanalisis, semakin tinggi BMI dan semakin obese maka akan berakibat pada Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah yang akan sering muncul.

Baca Juga:Jelang Debat Publik Pertama, 2 Paslon Pilkada Bantul Optimis Ungguli Rival

"Dari metaanalisis(penelitian pada level yg paling tinggi)menemukan bhwa semakin tinggi BMI,smakin obese,akan berakibat episode LBP yg lebih sering," ungkap dokter ini.

Ia kemudian menambahkan jika pada obesitas di usia muda, angka serangan LBP akan meningkat secara signifikan dan menurut penelitian lain LBD pada pekerja bisa sangat mempengaruhi produktivitas kerja.

"Jadi buat tmn2 semua, dgn menghindari kondisi obesitas pada usia muda ,kita bisa cenderung terhindar dari kondisi LBP yg mengurangi produktivitas, dan jangka panjangnya(saat usia lanjut) bisa mengurangi resiko kerusakan sendi2 punggung dan saraf terjepit," jelas Dokter Asa.

Selanjutnya, dampak ketiga adalah masalah dan penyakit pada pembuluh darah. Menurut penjelasan dr Asa, kondisi obesitas akan meningkatkan resiko beberapa penyakit, seperti hipertensi, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke.

"Kondisi obesitas akan meningkatkan resiko peny hipertensi, serangan jantung, gagal jantung dan stroke. Nah loh,uda persis bgt kaya akibat rokok kan?Terkait kondisi2 ini lebi lengkapnya bisa pantengin twit2 om @fsapradana," terangnya.

Lanjut ke dampak keempat, ia mengungkapkan jika kondisi obesitas akan menurunkan kesuburan baik pada pria ataupun wanita.

"Kondisi obesitas jg menurunkan kesuburan baik pada pria dan wanita,menurunkan angka sperma,bisa menyebabkan impoten,pada wanita resiko peny kista ovarium yg menyebabkan sulit pnya anak, resiko keguguran yg lebih tinggi, dll," jelas @asaibrahim.

Terakhir, dampak kelima. Asa menjelaskan jika kondisi obesitas juga akan berdampak pada psikologis. Banyaknya stigma dan peningkatan diskriminasi terkait dengan kondisi obesitas akan meningkatkan depresi.

"Kondisi obesitas jg menyebabkan dampak psikologis akibat banyaknya stigma dan peningkatan diskriminasi terkait dgn kondisi obesitasnya, terutama pada wanita,baik saat sekolah maupun kerja.
Kondisi depresi jg meningkat,terutama (juga) pada wanita dan obesitas pd usia muda," ungkapnya.

Pada akhir utasnya, @asaibrahim turut mengemukakan jika modifiable risk factor bisa dicegah dan dihindari. Ia juga turut menyemangati publik yang berusaha untuk menurunkan berat badannya.

"Buat temen2 yg sedang berusaha menurunkan berat badan, semangat ya,pasti sangat susah dan menantang.butuh konsistensi yg luar biasa dan keteguhan yg tinggi. Tapi semangat terus yaa!untuk kesehatan di masa depan(dan masa kini) yg lebih baik lagi. Smgtt temen2!," pungkasnya.

Unggahan akun Twitter @asaibrahim ini pun menuai berbagai komentar dari publik.

"Dengan baca ini aku akan niat workout demi kesehatan," tulis akun @pinapplechata.

"Setuju. Aku kehilangan dua anggota keluarga terdekat akibat penyakit yang muncul karena obesitas dan kebiasaan merokok. Gara2 ngerasain sedihnya aku jd bertekad untuk menjauhi rokok dan berusaha olahraga teratur biar dijauhkan dr obesitas. Sulit sih, tapi... Harus dijalani," kata akun @Suddendecision.

"Menurut sy lebih berbahaya obese dibanding rokok karna efeknya sistemik gak ke fokus satu organ sih dok(maaf jika sy salah dok). Tapi kalo kita ingetin orang yg obese kadang lebih sensitif dok, bisa2 dibilang body shaming. Kan repot jg ya dok," ujar akun @kurusuntukmakan.

Selain itu, akun @lintangtingtong juga turut menuliskan komentarnya, "Aku pengen diet dok, tapi ntar kalo anak2 makannya ga habis, siapa yg habisin kalo bukan aku :') kan mubadzir ya dok".

Reporter: Dita Alvinasari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak