SuaraJogja.id - Presiden Jokowi mndapat surat berisi keluhan yang dirasakan orang Papua. Surat itu ditulis oleh perempuan asli Papua, Rutce Botsawer.
Melalui surat itu, Rutce menyampaikan isi hatinya soal masalah hak asasi manusia yang terjadi terhadap bangsanya. Ia juga meminta Jokowi untuk dapat menyelesaikan masalah pelanggaran HAM dan memberikan kebebasan berpendapat bagi rakyat Papua.
Rutce menjelaskan, pelanggaran HAM telah terjadi di Papua sejak 1969 dan belum mereda hingga kiwari. Menurutnya, negara tidak pernah serius dalam menangani masalah itu.
"Saya sebagai anak asli Papua, di mana lahir dan besar hidup di tanah Papua, melihat bahwa negara tidak pernah serius dalam menangani masalah-masalah yang terjadi di bumi cenderawasih," jelas Rutce dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (24/11/2020).
Baca Juga:Ungkit Isu HAM dan Militer, GKI: Tiap Hari Orang Papua Bersimbah Darah
"Ada begitu banyak masalah HAM yang terjadi di tanah Papua sejak 1969 sampai hari ini dan yang juga terjadi di Kabupaten Nduga hari ini," sambungnya.
Rutce mengungkapkan, banyak nyawa warga Papua yang berguguran secara percuma hanya karena proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah RI.
"Sudah terlalu banyak nyawa asli Papua yang hilang secara cuma-cuma. Pembangunan yang bapak buat tidak bisa digantikan dengan nyawa orang asli Papua yang begitu berharga, entah sampai kapan seperti ini bapak Jokowi," tutur dia.
Sebagai anak asli Papua, ia ingin negara bisa hadir menuntaskan segala masalah HAM yang terjadi di tanah Papua supaya tidak menjadi luka bagi generasi penerus.
Selain soal masalah HAM, Rutce juga menyinggung soal rasisme yang dirasakan orang-orang Papua, terutama yang merantau ke daerah lain.
Baca Juga:Bawa Isu Pelanggaran HAM Papua ke PBB, Mahfud: Negara Vanuatu Mengada-ada
Masih teringat di benaknya ketika kejadian dialami mahasiswa-mahasiswa Papua yang kuliah di Surabaya pada tahun lalu.
Selain mendapatkan pengepungan oleh aparat keamanan, mereka juga mendapatkan aksi rasisme, bahkan disebut monyet.
"Menjadi momok yang begitu menakutkan bagi kami anak-anak Papua, entah apa kesalahan kami, apa karena kulit kami yang kami hitam? Atau rambut kami yang keriting atau kami yang jelek? Sehingga kami dianggap seperti monyet?" ungkapnya.
Padahal, kata Rutce, warga Papua sangat menghargai adanya perbedaan kultur di Indonesia.
Bahkan warga Papua pun menerapkan toleransi yang begitu tinggi bagi orang dari daerah lain yang mengambil tanah mereka.
Selain itu, ia juga meminta kepada Jokowi agar tidak menghalang-halangi kebebasan berpendapat bagi warga Papua.
Rutce enggan apabila warga Papua yang tengah menyampaikan pendapat malah dianggap sebagai pemberontak sampai harus ditangkap aparat.
"Saya meminta dengan segera kepada Bapak Presiden untuk menyelesaikan kasus-kasus HAM yang terjadi di tanah Papua dan menjamin kebebasan berpendapat. Untuk kami warga asli Papua dengan UUD 1945 yang berlaku di negara ini," katanya.
Surat dari Rutce ini merupakan salah satu yang ditulis banyak warga Papua untuk Jokowi melalui Pena-Pesan Perubahan yang dibuat oleh Amnesty International Indonesia. Mereka mengungkapkan segala isi hatinya terkait kondisi Papua dan berharap Jokowi mendengarnya.