Kerajinan Bambu Sepi Peminat, Ninik Ganti ke Rotan agar Dapur Tetap Ngebul

Ninik menyebutkan bahwa memang peminat kerajinan bambu terus turun bersamaan sejak pandemi Covid-19.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 30 November 2020 | 07:15 WIB
Kerajinan Bambu Sepi Peminat, Ninik Ganti ke Rotan agar Dapur Tetap Ngebul
Seorang penjual kerajinan bambu hanya duduk menanti pembeli yang tak kunjung datang di showroom kerajinan bambu di Sundari, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Minggu (29/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Menurut keluhan yang diterimanya dari para pengangkut kontainer itu, ukuran dan berat bambu kurang menguntungkan ketimbang membawa produk rotan, yang lebih ringkas. Belum lagi melihat harga produk bambu di pasaran, yang kini juga murah.

”Bambu ini makan ruang kalau di kontainer, kalau rotan kan bisa muat banyak. Lebih cocok saja sesuai harga," tuturnya.

Ninik menduga, meningkatnya persaingan produksi kerajinan bambu di pasaran membuat tidak sedikit perajin yang memilih mundur. Selain itu, kesulitan bahan baku juga mulai dirasakan oleh beberapa pihak.

"Mayoritas yang masih bertahan sekarang itu adalah generasi penerus di keluarganya, yang sudah turun temurun menggeluti kerajinan bambu ini," ungkapnya.

Baca Juga:Badut Syariah: Semangat Tak Boleh Surut di Pandemi

Ninik mengungkapkan, masa kejayaan kerajinan bambu itu dirasakan pada periode 2003 hingga 2005. Saat itu bahan baku masih berlimpah dan peminatnya pun banyak.

”Bahkan hasil sekali angkut satu kontainer bisa untuk ngreyen kendaraan,” tutur permpuan yang sudah memulai usahanya tahun 2000an ini.

Selain menambah produksi rotan sebagai barang dagangannya, Ninik juga mengaku telah mulai sedikit demi sedikit merambah pasar online. Dibantu sang anak, beberapa pesanan sudah ada yang datang dari market place tersebut.

Sementara itu, kondisi serupa juga dialami oleh Sri Rahayu, perajin bambu lainnya di pedukuhan  tersebut. Namun berbeda dari Ninik, ia lebih memilih untuk bertahan dan berfokus pada produksi kerjainan bambu saja.

"Saya fokus di bambu tapi misal ada pesanan rotan ya bisa melayani. Soalnya memang rotan, modalnya juga harus lebih besar," kata perempuan 37 tahun ini.

Baca Juga:Carlos Ghosn Prediksi Nissan Tidak Akan Bertahan Lama

Diakui Sri, dibandingkan dengan awal-awal sejak pandemi Covid-19 mulai muncul, peminat kerajinan bambu memang sangat sepi. Baru sekitar dua bulan belakangan ini muncul beberapa pesanan lagi walaupun tak banyak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak