Disampaikan Mardi bahwa rancangan semua itu sudah ada. Sehingga memang proses bisnisnya bukan murni bisnis tetapi lebih kepada memberdayakan masyarakat.
"Saat ini karena ditambah pembangunan untuk perluasan tadi ada sekitar 25 orang yang terlibat. Sedangkan untuk maggot sendiri ada 10 orang. Pengembangan sendiri akan memerlukan 1,5 hektare," tuturnya.
Mardi menyampaikan budi daya maggot yang sudah berjalan itu telah mendapatkan banyak respon dari banyak Bumdes, komunitas ataupun perseorangan untuk melakukan studi banding. Kebetulan, kata Mardi, pihaknya telah mengadakan pelatihan hidroponik atau pengembangan maggot.
Lokasi budi daya maggot itu sendiri dipusatkan pada lahan tersendiri yang berjarak sekitar 400 meter dari rumahnya. Mardi meyakini bahwa nantinya budi daya maggot akan menjadi pertanian terpadu yang terintegrasi berkelanjutan dari hulu sampai hilir.
Baca Juga:TC di Sleman, 2 Pemain Timnas Indonesia U-16 Dapat Pujian dari Bima Sakti
"Dan semua proses dari budi daya maggot bisa mendatangkan uang. Ini sebagai upaya juga mengajak petani tradisional menjadi petani modern untuk merespon keterbatasan atau hilangnya lahan pertanian produktif tadi," tegasnya.
Sementara itu, salah satu orang yang kebetulan tertarik untuk datang ke budi daya maggot di Dusun Ketingan tersebut, Reno, mengaku mengetahui adanya budi daya maggot ini dari temannya. Ia yang berprofesi sebagai penjual ikan ini tertarik mempelajari lebih lanjut budi daya maggot untuk mendukung bisnisnya.
"Tahu dari temen yang penjual ikan juga kalau di sini [Dusun Ketingan] ada budi daya maggot. Saya tertarik untuk bisa ikut belajar di sini, menurut saya ini peluang bisnis yang sangat baik untuk ditekuni," ucap pria asal Magelang tersebut.