Menurut Dewi, temuan bahan tambahan pangan ini belum dapat sepenuhnya dibandingkan dengan hasil temuan tahun lalu. Sebab memang intensifikasi bahan pangan saat ini baru berjalan sekitar sepertiganya saja.
Namun meski begitu, Dewi bisa memastikan bahwa jumlah temuan bahan tambahan pangan dalam tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu.
Terkait pengawasannya di salah satu toko modern tersebut, Dewi mengungkapkan tidak terlalu banyak temuan. Hal itu dikarenakan sudah memahami cara menjaga pangan yang baik, kalau ada temuan satu dua itu bukan dari faktor kesengajaan.
Selain melakukan pengawasan terhadap produk dan kemasan yang ada di display, BBPOM juga melakukan sampling terhadap makanan yang sudah dipilih untuk diuji secara langsung. Langkah itu digunakan untuk melihat ada tidaknya kandungan berbahaya di makanan tersebut.
Baca Juga:Pemda DIY Stop Bansos COVID-19 untuk 2021
"Kita juga rapid tes untuk sampling beberapa makanan untuk mengetahui kandungan di dalamnya, aman atau tidak," terangnya.
Hasilnya dari 13 produk pangan mulai dari kerupuk, roti hingga tahu yang dilakukan sampling pengetesan, semuanya dinyatakan bebas dari kandungan berbahaya. Artinya dari sampling itu tidak ada bahan makan yang mengandung formalin, boraks hingga rhodamin.
Dewi menambahkan bahwa intensifikasi pengawasan pangan menjelang nataru tahun ini sebagai komitmen BBPOM Yogyakarta untuk mengawal peredaran keamanan pangan di masyarakat. Sekaligus juga melindungi masyarakat terlebih dalam masa darurat pandemi Covid-19.
"Jangan sampai masyarakat tetap memperjualkan bahan makanan yang masa kedaluwarsanya hampir habis atau pendek, apalagi dijual dengan harga murah atau diskon. Atau seperti produk yang masa kedaluwarsa masih lama tapi kemasannya sudah rusak, itu juga tidak boleh diperjual-belikan. Intinya kita ingin memastikan bahan pangan yang beredar di masyarakat masih memenuhi ketentuan aman dan mutu yang terjamin," tandasnya.
Baca Juga:Dukung Proyek Tol Jogja-Solo, BPD DIY Layani Pembayaran Dana Ganti Untung
- 1
- 2