SuaraJogja.id - Sebagai seorang pencinta kuliner, seniman Butet Kartaredjasa kembali membagikan videonya saat menyantap soto daging sapi Pak Syamsul. Terletak di pasar Colombo Blok B 20 Jalan kaliurang KM 07 Sleman, Yogyakarta, warung makan ini tidak terlalu besar dan berada di antara toko buah serta toko makanan ringan di tepi jalan. Meja hidangannya pun sampai pada emperan tokoh.
Dalam video berdurasi lima menit tersebut, Butet mengaku ingin berburu sensasi gurih dari soto yang dijual di warung Pak Syamsul.
Saudara kandung mendiang Djaduk Ferianto ini menyampaikan, dengan berkunjung langsung ke warung tersebut, ia bisa mengulik dari mana sensasi gurih yang disajikan dalam semangkok soto hangat tersebut berasal.
"Di sini kita bisa mengusut dari mana sumber kegurihan itu. Ha ini kita menemukan aneka macam penyerta dari kaldu," ujar Butet.
Baca Juga:3.402 Rumah Warga Lamongan Terendam Luapan Banjir Bengawan Jero
Ia menceritkan bahwa soto di warung Pak Syamsul memiliki ciri khas dari daerah Lamongan. Selain satu mangkuk soto, ada juga tambahan lainnya, seperti koyor, ceker, dan sumsum yang membuat sensasi gurih soto tersebut bergoyang di lidah.
Berbasis sapi, putra seniman Bagong Kussudiardja ini menyebutkan bahwa keberadaan tempat makan tersebut menambah variasi produk soto di Jogja.
Pemilik warung yang bernama Syamsul sendiri saat ini sudah beristirahat di rumah. Sementara, usaha soto tersebut dilanjutkan oleh anaknya bernama Han.
Gerobak soto yang digunakan disebut Butet juga merupakan gaya Lamongan. Isian yang ada dalam satu mangkok soto berupa nasi, kecambah dan seledri saja. Namun ada beberapa menu sampingan yang bisa disantap.
Di antaranya ada lodok, otak, paru, babat, iso, dan sumsum. Tidak masalah jika makanan yang disantap mengandung kolesterol selama berada dalam batas-batas yang diperbolehkan.
Baca Juga:Warung Makan Mbah Juri, Wujud Toleransi Umat Katolik dan Muslim
Jika berlebihan kolesterol itulah yang dianggap berbahaya. Pertaruhan antara rempah yang ada di dalam kuah soto dan daging yang digunakanlah yang menjadi pembeda di antara masing-masing varian soto di seluruh Indonesia.
"Jadi di dalam soto itu, pertaruhannya adalah pada ramuan-ramuan rempah, kaldu daging," ujar Butet.
Soto khas Pak Syamsul ini terasa sangat berbeda dengan siti Lamongan yang biasa disantap Butet. Sensasi gurih dan segar yang ada di dalam soto membuat kuah yang ditelan terasa menggelitik di dalam perut.
Dalam satu suapan soto Pak Syamsul, Butet terasa dimanjakan oleh bawang yang sangat terasa. Ia juga menambahkan perasan jeruk ke dalam mangkok sotonya bersama dengan beberapa lauk tambahan.
Lihat video Butet menyantap Soto Pak Syamsul DI SINI.
Campuran sumsum dan kuah soto sendiri menjadi bagian favorit Butet. Sensasi yang diberikan seolah memanjakan lidah dan perutnya. Butet menjelaskan jika warung tersebut cukup sederhana dengan luas bangunan hanya 3x3 meter saja.
Sekali makan, ruangan tersebut hanya bisa menerima maksimal 12 orang pengunjung saja. Tidak jarang, Butet menemukan antrian para pengunjung yang ingin menyantap soto tersebut.
"Bersiaplah antri di warung Pak Syamsul ini," ujar Butet.
Bersamaan dengan keramaian di Pasar Colombo Warung Pak Syamsul buka sejak pukul 6 pagi dan tutup sekitar pukul 12 hingga 1 siang. Menjelang siang, biasanya sajian soto yang dijual sudah habis terhidangkan.
Sejak diunggah Selasa (11/1/2021), video warung soto khas Lamongan di Yogyakarta itu sudah ditonton lebih dari 5000 kali. Ada 200 lebih pengguna YouTube yang menekan tanda suka dan puluhan lainnya memilih untuk berkomentar.